Friday, August 14, 2020
Jangan Jadikan Pernikahan Sebagai Pelarian
Tanpa terasa, sudah dua tahun aku di Jogja dan artinya kurang dua tahun lagi untuk menyelesaikan S1 (semoga bisa lebih cepat dan diberikan kelancaran aamiin) dan melanjutkan S2 (aamiin). Waktu dua tahun ini benar-benar berjalan dengan cepat padahal rasanya baru kemarin aku diantar keluargaku ke Jogja dan tiba di kampus jam dua pagi (unforgettable moment).
Saat masih MA, aku pernah berkhayal untuk kuliah di luar Madura dan mempunyai teman kampus yang mengajak aku main ke rumahnya sehingga aku juga bisa merasakan suasana desa di tempatku merantau.
Beberapa bulan yang lalu, khayalanku itu menjadi kenyataan saat seorang temanku (perempuan) mengajak aku main ke rumahnya. Lokasi rumahnya tidak terlalu jauh dari Jogja kota. Selama di perjalanan, aku tidak berhenti berfikir tentang hal apa yang akan aku katakan kepada orang tua temanku untuk menyapanya.
Awalnya, aku memang sedikit canggung karena aku takut salah ngomong. Akan tetapi, setelah berjam-jam di sana, ternyata aku mulai akrab dengan orang tuanya temanku itu.
"Nak Yuli orang Jogja juga?" tanya ibu temanku.
Nah, selain mukaku yang pasaran, juga banyak orang-orang yang tidak tau kalau aku adalah orang Madura. Mungkin hal itu disebabkan karena logatku yang sering ku buat medok (biar ala-ala orang Jawa).
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ketika aku sedang bertamu, hal yang menjadi kebiasaanku adalah menjadi orang kalem dadakan ( padahal aslinya masyaAllah tidak kalem sekali wkwk) dan itu berbeda dengan ketika aku sedang berada di kos😂.
Obrolan demi obrolan semakin menarik selama aku ada di rumah temanku. Sang ibu bercerita bagaimana perjuangannya beliau bersama suaminya membangun usaha supaya bisa bertahan hidup dan membiayai temanku yang waktu itu masih umur empat tahun sampai harus pindah tempat tinggal berkali-kali.
Mendengar cerita beliau membuat aku kagum luar biasa. Aku tidak bisa membayangkan kalau ternyata kehidupan rumah tangga terutama tentang hal finansial memang bukanlah urusan yang sepele.
"Alhamdulillah Yul, sekarang ibuk sudah bisa membiayai anak-anak untuk melanjutkan sekolah dengan lancar. Akan tetapi, di balik lancarnya rezeki ibuk, ternyata si A (temanku yang tidak lain adalah anak beliau) lebih memilih untuk berhenti kuliah dan mau menikah." Lanjut sang ibuk dengan mukanya yang berubah menjadi sendu.
Mendengar ucapan ibu temanku itu membuat aku kaget luar biasa. Sebenarnya aku kaget bukan karena mendengar kata "berhenti kuliah" karena itu sudah hal yang biasa aku dengar. Akan tetapi, aku kaget disebabkan mendengar kata "menikah", hal yang akhir-akhir ini sedang viral wkwkw.
Awalnya, aku mengira temanku itu sangat beruntung lahir dari keluarga yang finansialnya termasuk dalam kategori elit, tapi ternyata di balik semua itu ada keberuntungan yang tidak dia punya, yaitu kesadaran akan memperjuangkan pendidikan.
Setelah mengatur ekspresiku yang masih kaget luar biasa, aku sedikit merenung memikirkan tentang betapa beruntungnya aku diberikan semangat oleh tuhan untuk selalu belajar dan juga lahir dari ibu yang selalu menyemangati aku untuk kuliah dan mengejar cita-cita.
Sebelum aku datang ke rumah temanku, aku memang sempat berdiskusi dengan teman-teman perempuan yang lain tentang masa depan yang di dalamnya juga ada pembahasan tentang "pernikahan". Otakku belum bisa menjangkau hal itu sehingga aku sangat kaget mendengar temanku yang selama ini aku lihat sebagai perempuan yang mentalnya masih lemah dan membutuhkan dorongan orang lain tiba-tiba ingin menikah hanya karena tidak kuat kuliah.
Rasanya tugas kuliah memang berat, tapi akan menjadi mudah ketika dijalani dan bukan cuma dipikirkan. Setelah aku tiba di kosku kembali, aku menghubungi ibuku dan mengucapkan terimakasih untuk semua jasa beliau.
Terkadang, di dunia ini memang sesuatu itu terjadi secara selang seling. Ada yang anaknya semangat kuliah, akan tetapi orang tuanya tidak begitupun dan ada juga yang sebaliknya. Selain itu, ada juga yang dua sisi baik anak maupun orang tuanya sama-sama mendukung untuk melanjutkan sekolah.
Semoga kita semua selalu diberikan kecintaan dalam menuntut ilmu aamiin.♡.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment