Friday, August 28, 2020

Benci Menjadi Cinta, Katanya.

    "Yul, kamu suka membaca sejak kecil ya?" tanya salah satu temanku atau lebih tepatnya teman baru karena kami baru saling berkenalan ketika secara tidak sengaja bertemu di warung kopi dekat kos. 
     Melamun adalah hal yang sangat jarang aku lakukan karena selain bingung mau melamunkan apa, aku juga mulai percaya omongan orang-orang kalau melamun bisa menyebabkan kerasukan setan (tidak tau itu benar atau hanya mitos). Akan tetapi, setelah mendengar pertanyaan temanku itu, aku melamun sangat lama sekalipun kami sedang ada di tengah keramaian warung kopi. 
      Aku jadi teringat kalau dulu aku memang tinggal di pesantren yang sangat hebat bahkan santrinya dilatih untuk mencintai buku dengan menerapkan peraturan peminjaman 5 buku (kalau tidak salah dengan genre fiksi dan juga ilmiah). Peraturan itu dijalankan setiap bulan yang dijalankan oleh pengurus perpustakaan.
Setiap sore di awal bulan, teman-teman santri mulai dari kelas Mts sampai pasca (santri yang sudah kuliah) memenuhi perpustakaan untuk meminjam buku.                Sebenarnya, aku tahu kalau ada sebagian dari mereka yang meminjam buku disebabkan takut mendapat denda karena bagi santri yang tidak meminjam buku sesuai dengan jumlah yang diberikan oleh pengurus perpustakaan, maka mereka akan mendapat hadiah yaitu mengaji satu jus wkwk.
      Awalnya, aku juga sangat rajin seperti mereka. Akan tetapi, hari demi hari setan di dalam tubuhku berhasil merayuku dan akhirnya aku selalu mencari cara supaya bebas dari perpustakaan😂. Setiap santri mempunyai kartu peminjaman buku masing-masing dan setiap akhir bulan kartu itu diambil oleh pengurus perpustakaan untuk dilihat apakah mereka sudah meminjam buku dengan lengkap atau tidak.
    Bagaimana dengan nasib kartuku?😂           mungkin orang-orang akan mengira kalau aku sudah berkali-kali mendapat hukuman karena sudah jarang meminjam buku. Akan tetapi, itu salah😂. Aku berhasil lolos dari pengurus perpustakaan karena setiap mereka meminta kartu peminjaman bukuku, aku selalu beracting seperti orang yang sedang kehilangan kartu itu sendiri sehingga mereka bilang        "Ya sudah. Nanti kalau kartunya sudah ketemu, segera bawa ke perpustakaan!" dan betapa nakalnya aku yang tidak pernah melakukan perintah itu.
     Salah satu alasanku tidak mau meminjam buku saat itu adalah karena aku benar-benar tidak suka membaca. Alasan itu mungkin masih bisa dilakukan dengan memaksa diri sendiri, akan tetapi lagi dan lagi, aku adalah santri yang pernah nakal pada masanya😂.
    Di awal kenakalanku itu, aku mengira akan selalu bebas dari yang namanya dunia perpustakaan, akan tetapi ternyata tidak. Tepat di tahun ke-2 sebelum aku berhenti dari pesantren untuk melanjutkan kuliah, aku dilantik menjadi pengurus perpustakaan.
    KOK BISA? 
     Aku pun juga tidak mengerti😂. Mungkin hal itu yang disebut dengan karma. Saat aku berdiri di depan seluruh santri bersama pengurus baru perpustakaan yang akan dilantik, pertama kali dalam hidup aku menyesali kenakalanku sendiri dan merasa ditampar oleh keadaan.
    Hari-hariku tidak seperti sebelumnya dimana aku selalu merasa anti dengan perpustakaan terutama ketika melihat teman-teman santri memenuhi perpustakaan, akan tetapi aku selalu menjadi penghuni setia perpustakaan. Semua itu aku lakukan bukan karena membaca buku, akan tetapi karena memanfaatkan kipas yang waktu itu hanya ada di perpus😂. 
     Ketika semua teman-teman pengurus berbicara buku, di situlah aku merasa sebagai orang yang bodohnya minta ampun. Aku tidak paham pembicaraan mereka sampai akhirnya aku taubat😂dan sedikit demi sedikit mulai membaca buku.      Kegemaranku membaca buku tidak bertahan lama karena disibukkan dengan UN, UAMBN dan N N yang lainnya (generasi yang masih merasakan bagaimana dag dig dug nya ati saat UN tiba) sampai akhirnya aku berhenti dari pesantren. 
    Walaupun dulu bahkan sampai sekarang aku tetap nakal, akan tetapi aku bersyukur karena ternyata kenakalanku itu membuatku sadar kalau aku masih sangat buta akan dunia literasi dan tidak ada alasan lagi untuk bermalas-malas an. 
      "Aku pengin anakku kelak tinggal di pesantren yang sama dan semoga dia mendapat peraturan yang sama denganku." Ucapku dalam hati setiap mengingat pesantren tempatku menimba ilmu dan mengajarkanku semua arti pengetahuan dan tatakrama. 
    "Pikiranmu terlalu kejauhan Yul sampai memikirkan anak segala." Ujar teman se haha hihi ku yang sudah biasa dengan omongannya yang bisa mengiris hati orang lain😂. 
    Pertama mengenal dia memang membuat aku marah dan kesal luar biasa karena waktu itu secara blak blak an dia mengomentari kamar kosku yang sangat berantakan, akan tetapi untuk omongannya di atas berhasil aku respon dengan baik sehingga dia berkata                    "Ternyata pikiranmu sudah kebal dengan ke blak blak anku ya Yul." Responnya sambil menyisir rambutnya yang gondrong dengan jari-jari tangannya.
     Kami tertawa lepas sambil menyeruput teh di warung kopi (karena kami memang sama-sama bukan penikmat kopi) sambil melihat kereta dan senja (gagal puitis😂).

No comments:

Post a Comment