Sunday, August 16, 2020
Hak Istimewa Sepeda yang Sering Diabaikan
Selama dua hari berturut-turut, aku menginap di rumah temanku yang jaraknya lumayan jauh dari kos. Bukan tanpa alasan aku menginap di rumah temanku yang bernama Lia, akan tetapi karena diminta oleh orang tuanya Lia yang akan berangkat ke Jawa Barat selama dua hari. Hari kedua di rumah Lia, aku mengajaknya untuk pulang ke kos karena aku harus mencuci pakaian yang sudah menumpuk.
"Siapa yang mau menyetir?" tanya Lia menatap aku yang masih sibuk dengan HP.
Sebenarnya, motor yang kami pakai adalah motor si Lia, tapi karena aku sering mengeluh sakit perut setiap dia yang menyetir karena tidak pernah pelan-pelan setiap ada polisi tidur, akhirnya si Lia selalu menyuruhku untuk menyetir motornya.
Selama di perjalanan, aku selalu bertanya arah jalan karena kebetulan walaupun sudah berkali-kali aku main ke rumahnya, otakku tetap tidak bisa menghafal rute jalan.
Entah kenapa, ketika aku pergi ke suatu tempat dan belum tau atau hafal rute jalannya, maka perjalanan itu akan terasa lebih jauh dari biasanya dan hal itulah yang aku rasakan saat itu.
Kalau kalian bertanya, lebih sulit mana antara menghafal rute jalan kota dan menghafal rumus mata pelajaran, maka jawabanku adalah menghafal rute jalan kota. Hal itu sudah terbuktikan dengan pengalamanku yang dua puluh tahun menjadi warga Sumenep, akan tetapi sering tersesat ketika ada di Sumenep kota. Selain itu, dua tahun di Jogja pun tidak membuat aku berhasil hafal jalan pulang dari Malioboro ke kosðŸ˜.
Ketika kami harus berhenti karena lampu merah dan kebetulan posisi motor kami ada di baris paling depan, aku melihat tulisan "ruang tunggu khusus sepeda" di aspal jalan. Aku hanya tersenyum melihat tulisan itu sambil berpikir kalau tulisan itu lebih sering diabaikan oleh para pengendara motor dan mobil.
Sebenarnya aku tahu kalau tujuan mereka (petugas) memberi ruang tunggu seperti itu khusus sepeda dekat lampu merah mungkin karena jalannya sepeda yang pelan dan bisa terjebak lampu merah dua kali apabila ada di belakang.
Sebagai mahasiswa yang hanya masih mempunyai sepeda ontel, aku benar-benar merasakan bagaimana saat aku harus mengayuh sepeda dengan cepat dengan cepat supaya tidak terjebak oleh lampu merah lebih-lebih di siang hari dan baru pulang dari kampus atau tempat kerja. Akan tetapi, sayang sekali takdir sering tidak berpihak denganku wkwkw.
Aku selalu harus menunggu lampu merah berganti lampu hijau bersama motor dan mobil mewah yang lain bahoan sering ada di baris paling belakang sehingga "ruang tunggu khusus sepeda" tidak lagi berlaku.
Suara klakson motor dan mobil di belakang kami sangat berisik. Aku tahu jalau mereka membunyikan klakson karena menegur kami yang tidak maju dan menunggu lampu merah di jalan yang ada tulisan " ruang tunggu khusus sepeda".
Aku hanya tertawa di balik masker yang aku pakai. Sebenarnya, ada dua alasan kenapa aku melakukan itu semua.
Alasan yang pertama adalah karena aku ingin menerapkan patuh terhadap peraturan yang ada di jalan yang salah satunya adalah tidak menunggu lampu merah di atas "ruang tunggu khusus sepeda" karena aku naik motor.
Alasan kedua adalah tidak lain hanya karena jiwa usilku yang kumat😂.
"Bodo amat. Toh aku juga tidak kenal mereka." Responku sambil tertawa ketika Lia menegurku karena keusilan yang aku lakukan sambil menancap gas motor meninggalkan orang-orang yang mungkin masih merasa kesal terhadap aku wkwkw.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment