Tuesday, June 2, 2020

Menggapai Cakrawala Part 5

      Fatin menghela napas begitu menginjakkan kakinya di kos setelah mengikuti ujian UKM Mapalaska. Sebenarnya fisiknya tidak terlalu capek, hanya saja batinnya lah yang membutuhkan istirahat.
Farel (sohib Kampret)
@Fatin
Ical (sohib kampret)
@Fatin. Where are you rn?
Farel (sohib kampret)
Tin, hari ini kamu udah di kos kan? Nanti malek aku bareng Ical mau main ke kosmu.
Ical (sohib kampret)
Iya tin. Nanti kita juga bawa martabak kesukaanmu kok 
      Fatin hanya tersenyum saat membaca chat yang sudah sampai 229 chat tidak dibaca di grup yang mereka bikin karna selama ujian HP nya disita sama panitia. Setelah mematikan data selulernya, Fatin memutuskan untuk tidur dan melupakan semua kejadian selama ujian yang  membuatnya sedih.
"Fatin, buka pintunya! Kita sudah sampai"
      Suara cempreng Ical berhasil membuat Fatin bangun dari tidurnya. Jangan heran kenapa sahabatnya Fatin yang cowok bisa masuk ke kos cewek. Semua itu karna selain kosnya menerapkan sistem 24 jam juga membolehkan teman cowok penghuni kost buat berkunjung selama tidak melakukan hal-hal yang aneh. Sebenarnya Fatin juga merasa risih dengan peraruturan di kosnya yang menurut dia terlalu bebas. Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa karna dia hanya terpaksa memilih buat nge kost disitu karna selain harganya yang murah juga jaraknya yang dekat dengan kampus.
"Iya sebentar. Kalian berdiri aja dulu disitu. Aku masih mau cuci muka sambil pakai jilbab"
"Cepetan! kaki kita sudah pegal nih"
Tanpa menjawab perintah kedua sahabatnya, Fatin segera mencuci muka dan membereskan baju-baju yang berserakan di kamarnya karna sepulang dari ujian dia langsung tidur dan tidak sempat membereskan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. 
"Gimana tin ujiannya? Lulus kan?" Tanya kedua sahabatnya setelah Fatin membukakan pintu buat mereka.
"Nggak"
"Loh kok bisa? Kamu kan pintar tin. Ya pasti lulus lah"
"Tapi kenyataannya tidak. Aku nggak lulus karna aku jatuh saat tantangan pertama dan lawanku saat itu adalah Fatan"
"Kok bisa gitu sih. Ya ampun tin, pasti kamu sedih banget. Ya udah tin nggak usah dipikirin. Masih banyak organisasi yang bisa kamu ikutin"
"Iya tin benar banget apa kata Farel. Sebenarnya kita berdua kesini karna pengin ngasik pamflet pendaftaran anggota himpunan. Santai aja, di organisasi ini kamu nggak bakal ketemu sama Fatan kok karna organisasi ini hanya tingkat jurusan"
"Bagus juga tuh kayaknya. Besok kita langsung daftar aja"
       Kedatangan kedua sahabatnya berhasil membuat mood Fatib menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak banyak yang mereka lakukan selama di kosnya. Mereka hanya bermain kartu UNO dan saling ketawa saat salah satu dari mereka ada yang kalah dan harus memakai bedak baby nya Fatin.
"Assalamualaikum"
       Ketokan dan suara didepan pintu kamar Fatin berhasil membuat bertiga kebingungan dan melihat kearah pintu karna seingat Fatin selama di Bandung nggak ada yang tau lokasi kosnya selain kedua sahabatnya.
"Siapa tin? Kamu ada janji sama temanmu yang lain?"
"Nggak kok. Aku juga nggak tau. Farel bukain pintu dong soalnya aku takut"
"Jangan-jangan ayahmu datang ke Bandung tin"
"Ya nggak mungkin lah. Kalau ayah ke Bandung pasti ngabarin aku"
        Sambil menunggu Farel yang membuka pintu, Fatin pergi ke kamar mandi buat mematikan kran air.
"Hai Fatin"
       Fatin menoleh dan langsung kaget saat melihat Fatan, orang yang benar-benar nggak ingin dia lihat karna masih ingat kejadian saat di lokasi ujian.
"Kamu ngapain kesini? Dari mana tau kosku" tanya Fatin sambil memperbaiki jilbab pink nya yang kesangkut paku tembok.
"Nanyaknya satu-satu aja tin hahaha. Jadi aku kesini karna tadi orang tuamu nelfon aku dan mereka nyariin kamu. Katanya HP mu nggak aktif dan mereka ya pasti khawatir sama kamu. Terus aku tau kosmu karna tadi aku juga nanya alamatnya sama ibumu" jawab Fatan dengan pisisi yang sudah duduk disamping Farel .
"Iya HP ku emang mati soalnya lowbat saat aku tinggal tidur dan aku buat nge charger"
"Ini pakai HP ku aja. Aku sudah save nomor ibumu kok"
      Dia mengambil HP nya Fatan walaupun sebenarnya masih ada perasaan gengsi didalam hatinya dan segera menelfon kedua orang tuanya untuk mengabari kalau dia baik-baik saja 
"Fatin, aku minta maaf ya" ucap Fatan dengan sangat hati-hati karna takut menyinggung perasaannya Fatin.
"Please Fatan jangan ngomongin soal itu lagi soalnya aku lagi males buat membahasnya. Mending sekarang kamu pulang aja dan terimakasih karna kamu sudah meminjamkan HP dan menyampaikan amanat dari kedua orang tuaku" jawab Fatin dengan ekspresi datar.
"Aku beneran pengin minta maaf tin. Kamu masih ingat kan kalau kita berdua berangkat bareng dari rumah ke Bandung ini buat kuliah dan membanggakan orang tua dan kamu tidak akan pernah mengerti kenapa aku sangat berambisi untuk menjadi yang terbaik. Aku pikir kita berdua bisa menjadi saudara di rantauan ini, tapi ternyata kamu menolak itu semua"
"Aku sudah maafin kamu kok Fatan, tapi aku masih males buat ketemu sama kamu" tutur Fatin sambil menahan air matanya yang sudah hampir jatuh dari kedua matanya
"Nggak apa-apa kok. Gaes aku pamit ya. Makasih ya tin"
        Setelah Fatan keluar dari kamarnya, air mata yang sudah Fatin tahan akhirnya jatuh juga. Kedua sahabatnya memberikan waktu buat Fatin untuk menangis dan melampiaskan sakit hatinya. Mereka paham kalau gagap dalam ujian ini adalah hal yang tidak mudah buat Fatin karna sejak awal masuk kuliah dia sudah belajar tips dan trick supaya lulus di ujian UKM Mapalaska.
"Sudah tin jangan nangis terus. Yuk kita lanjut main aja"
"Thank you ya gaes. Aku benar-benar kesal campur sedih karna aku kira kalau aku bakalan akrab sama Fatan, tapi ternyata keadaan selalu menuntut buat saingan sama dia. Aku nggak suka kalau misalkan aku harus saingan sama orang yang aku kenal baik untuk mendapatkan IP terbaik ataupun prestasi lainnya. Cukup di SMA saja aku kehilangan sahabat karna kita harus saingan untuk menjadi juara kelas. Aku tau kalau sebenarnya Fatan itu orangnya baik, tapi nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah menghancurkan impianku buat lulus di UKM Mapalaska"
"Aku sama Ical paham kok tin. menurut kita kamu itu bukan cuman kesal karna nggal lulus di ujian itu, tapi kamu juga nggak terima karna Fatan lulus. Maaf tin kalau aku kesannya blak blak an ngomong kayak gini soalnya aku nggak mau aja kalau kamu harus musuhan sama Fatan. Ingat tin kalau kalian berdua sama-sama merantau dari kota yang sana dan juga tujuan yang sama bahkan Fatan lah teman pertamamu sebelum akhirnya kamu bertemu sama kita berdua. Kalian harusnya saling men support bukan saling menjatuhkan"
"Aku setuju banget sama Farek. Tin, di dunia ini kita memang dituntut untuk bersaing, baik dengan orang lain ataupun dengan diri kita sendiri. Tinggal bagaimana cara kita supaya bersaing secara suportif supaya tetap damai dan menerima hasil dari persaingan itu"
"Iya, aku paham kok. Makasih ya gaes. You help me so much. Terimakasih karna sudah mau menasehati aku dan jangan pernah bosan buat menegur saat aku salah"
"Itu sudah kewajiban aku sama Ical sebagai sahabatmu tin. Kalau ada yang salah diantara kita bertiga, jangan pernah sungkan untuk saling menegur. Sudah jam 11 nih. Kita berdua balik dulu ya. Ini martabaknya jangan lupa dimakan tin"
      Setelah kedua sahabatnya pulang, Fatin kembali keatas kasurnya dan mematikan lampu bersiap-siap untuk tidur lagi karna besoknya dia harus kembali kuliah dan mengejar matkul yang tertinggal karna ujian UKM Mapalaska yang menuntutnya untuk izin dari kelas selama tiga hari.


No comments:

Post a Comment