Saturday, June 20, 2020

Review Novel Satu Hari Bersamamu (For One More Day)

Judul: Satu Hari Bersamamu Penulis : Mitch Albom Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2007 Alih bahasa : Olivia Gerungan Halaman : 248 hal.    Charley Benetto, adalah anak pertama dari satu bersaudara (Roberta). Dia hidup dalam sebuah keluarga yang romantis sebelum perpisahan yang terjadi antara kedua orang tuanya. Saat itu merupakan awal dari dari cerita lika-liku yang dihadapi oleh Charley. Sebagai anak pertama, dia dipaksa untuk memilih antara antara tinggal bersama ibu atau ayahnya. Jika dilihat dari keakraban Charley bersama ibunya, menurut saya keputusan Charley untuk memilih tinggal bersama ayahnya hanya karna dia adalah seorang anak laki-laki, artinya adeknya-lah yang mempunyai kesempatan untuk tinggal bersama ibunya. Charley tinggal bersama ayahnya sampai tiba dimana ibunya meninggal dan dia tidak bisa berada disampingnya lantaran lebih memilih untuk menuruti perintah ayahnya yaitu mengikuti pertandingan bisbol.     Kematian ibunya, Pauline, menyebabkan Charley merasa bersalah lantaran dia tidak bisa berasa disamping ibunya disaat-saat terakhirnya. Dia semakin merasa terpuruk saat masalah demi masalah datang secara bertubi-tubi. Dia semakin kehilangan motivasi untuk menjalani hidup ditambah dengan istri dan anaknya yang tidak lagi menginginkan kehadirannya terutama saat pernikahan putri satu-satunya (Marlia) sampai tiba di suatu malam dimana dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menyetir mobil secara ugal-ugalan. Menurut saya hal menarik dari buku ini adalah saat penulis berhasil menceritakan ibunya Charley yang kembali hidup satu hari sebagai sesuatu yang bukan hantu.     Setelah malam itu, Charley memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya, rumah dimana ia tinggal  semasa kecilnya. Di rumah itulah Charley kembali bertemu dengan ibunya yang harusnya sudah meninggal delapan tahun silam dan seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi terhadap ibunya. Charley sadar kalau hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin, akan tetapi dia benar-benar melihat ibunya yang memasak makanan untuknya. Ibunya meminta Charley untuk tinggal bersamanya selama satu hari dan di hari itulah Charley diajak untuk mengunjungi beberapa rumah, salah satunya adalah rumah istri kedua ayahnya yang merupakan jawaban dari kebingungannya akan sebab perceraian kedua orang tuanya. Charley dan ibunya adalah orang yang sangat kuat dalam menghadapi masalah-masalahnya.     Kisah Charley dalam buku ini sabgat menarik lantaran penulis berhasil membuat pembacanya penasaran dan juga menyelami dunia ceritanya yang mayoritas pembahasannya adalah tentang kekeluargaan. Penulis berhasil membuktikan bahwa hubungan antara seorang anak dan ibunya sangatlah erat dan kasih sayang seorang ibu tidak bisa dideskripsikan dengan sesuatu apapun. Mitch Albom selaku penulis buku ini berhasil membuat saya meneteskan air mata saat membaca setiap kisah antara Charley dan ibunya. Selain menceritakan tentang kekeluargaan, menurut saya buku ini juga menjelaskan bahwa suatu penyesalan pasti akan kita temukan di akhir dari suatu tindakan, seperti Charley yang menyesal lantaran lebih memilih untuk tinggal dan menuruti semua keinginan ayahnya sampai akhirnya ibunya meninggal dan Charley sadar kalau akarnya sudah dicabut oleh tuhan. Buku ini membuat saya semakin sadar untuk mencintai dan menemani ibu saya. Mitch Albom juga menuliskan beberapa quotes didalam buku ini : " kau harus berhati-hati dengan hidupmu saat menuruninya, sama seperti saat kau menaikinya" " kalau seseorang ada didalam hatimu, mereka tidak pernah benar-benar pergi. Mereka bisa kembali padamu bahkan pada waktu-waktu yang tak terduga" " Menyia-nyiakan waktu itu sungguh memalukan. Kita selalu berpikir kita   punya terlalu banyak waktu" Quotes diatas seakan-akan menjelaskan bahwa kesempatan tidak datang dua kali, begitupun dengan kesempatan untuk bersama orang yang kita sayang. Terimakasih Mitch Albom atas semua cerita luar biasanya. 

No comments:

Post a Comment