Friday, July 24, 2020
Ruang Sahabat
Main ke sawah sambil membawa layang-layang adalah kebiasaanku waktu kecil yang aku merasa berdosa jika aku tidak melakukannya setiap hari.
"Kamu tuh cewek, jangan main layang-layang kayak cowok gitu. Nanti malah kamu dikira tomboy dan nakal." Tegur mbak sepupuku pada suatu hari saat melihat aku yang sedang memanggil emmak menanyakan layanganku yang sedang hilang. Tanpa menghiraukan teguran mbak sepupuku, aku berlari setelah akhirnya layanganku ketemu dan segera memanggil Holid, sahabat laki-lakiku yang sudah duluan tiba di sawah. Selain bermain layang-layang, aku juga suka main wel jhuelen (bahasa Madura dari berjualan atau jual beli) bersama tetanggaku (perempuan) yang masih ada hubungan keluarga. Awalnya, kita berdua memang tidak begitu dekat sampai akhirnya kita menjadi santri di pesantren yang sama. Ketika liburan pesantren tiba, kita selalu saling berkunjung ke rumah satu sama lain dan jangan lupa sama sahabat sepermainan layanganku yang ternyata juga sudah tidak main layangan di sawah seperti dulu. Selama enam tahun, kita (aku dan sahabat perempuanku) tinggal di pesantren, dengan sangat berat hati kita harus terpisah karena kampus yang berbeda. Akan tetapi, kita masih cukup sering saling komen story di WA ataupun FB. Singkat cerita, pada suatu hari ibuku bercerita lewat telfon genggam saat aku sudah kembali ke rantauan kalau sahabatku itu sudah dilamar oleh seseorang. Awalnya aku tidak percaya kalau ternyata cowok yang menjadi tunangannya itu adalah masa lalunya. Aku tertawa dan segera ku ambil HP untuk menghubungi dan mengusilinya. Setelah dia membalas chatku, dia bilang kalau cowok itu benar-benar sesuai dengan kriterianya dan menunjukkan keseriusannya. Mendengar jawabannya itu, aku lantas bertanya kepada diriku sendiri "Seperti apa kriteria cowok buat masa depanmu?". Karena aku pun bingung dengan pertanyaanku sendiri, akhirnya aku simpan saja pertanyaan itu di dunia yang lain haha karena menurut aku ada hal lain yang masih harus aku prioritaskan😂😂. Setelah beberapa bulan dari pertunangan mereka dan saat itu aku sedang ada di rumah, aku sengaja mengajak sahabatku itu untuk pergi main ke pantai. Aku kirim pesan ke dia lewat WA dan ternyata dia langsung membalas chatku. Dia menolak ajakanku dengan pakai bahasa Jawa. Awalnya aku merasa biasa saja karena aku mengira kalau dia mungkin memang tidak mendapat izin dari orang tuanya ataupun juga sedang ada acara lain. Beberapa hari kemudian, dia kembali chat aku dan meminta maaf karena menolak ajakanku. Ternyata dugaanku waktu itu salah. Orang yang membalas pesanku itu adalah tunangannya yang sedang memegang hp dia dan tidak memberi tahunya kalau ada pesan dari aku. Apakah aku kecewa? Jawabannya adalah tidak. Aku hanya merasa sedih karena ternyata aku baru sadar kalau ruanganku dengan dia semakin terbatas dengan hadirnya orang yang berstatus tunangannya dan semoga langgeng sampai kakek nenek itu aamiin. Selain itu, aku juga mulai tahu kalau aku tidak mau dibatasi berteman dan main sama siapapun selama itu positif dan selama orang itu masih belum menjadi surgaku😂. Dalam hatiku yang paling dalam aku bertanya "apa benar cinta itu berhasil menyihir orang melupakan dunia dan orang-orang yang dulunya sangat akrab sekali dengan mereka?".
Semoga tidak.!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment