Thursday, July 9, 2020

Jurus Kata "Tolong/Minta Tolong"

    Selama di rumah, aku jarang sekali berinteraksi dengan banyak orang. Bukan karena aku ansos ataupun introvert, tapi karena aku memang lebih suka disibukkan untuk membaca dan menulis sambil guling-guling nggak jelas di depan tv. Karena kebiasaanku itu, akhirnya aku jarang bertemu dengan kawan-kawan yang kebetulan juga sama-sama pulang kampung.
     Kemarin saat aku sedang melihat senja dari samping rumahku, aku baru ingat kalau selama masa pandemi ini sudah jarang orang yang nyuruh-nyuruh aku baik buat ambil atau membeli sesuatu. Biasanya saat di pondok dulu, aku sering pergi ke sekolah di sore hari dan teman-temanku titip untuk dibelikan makanan.
      Ada dua alasan yang membuat aku mau menerima permintaan tolong mereka. Pertama, karena mereka tidak bisa leluasa untuk keluar dari pondok kecuali jam sekolah. Jabatanku sebagai salah satu pengurus OSIS membuat pengurus pondok mengizinkanku untuk pergi ke luar, baik untuk rapat OSIS ataupun rapat lainnya.
     Kedua, aku sangat ikhlas untuk membeli makanan mereka (tentunya pakai uang mereka ya hahaha karena mereka cuma MENITIP) itu semua karena mereka tidak pernah lupa menyelipkan kata "tolong/minta tolong" saat mereka menyuruhku. Seperti ucapan Alfin, salah satu sahabat baikku, "Thoy (panggilan sayangnya buat aku), minta tolong belikan aku cimop dan cireng!"
     Dari dua alasan itu, alasan kedualah yang selalu menjadi pusatku untuk membantu mereka. Bukan karena aku termasuk orang yang gila akan pujian dan ingin dihormat, tapi karena aku ingin menanamkan budaya menghargai baik untuk diriku sendiri ataupun orang lain.
     Kita memang memiliki tangan, kaki, kata dan alat indra lainnya untuk melakukan sesuatu sendiri, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kalau kita pasti pernah/akan membutuhkan pertolongan orang lain.
     Tadi pagi saat adek sepupuku sedang sarapan di dapur, dia tidak bisa mengambil kerupuk di atas lemari karena masih kecil untuk ukuran lemari yang tinggi. Akhirnya dia menyuruhku untuk mengambil kerupuk tersebut tanpa ada kata minta tolong dalam ucapannya seperti biasanya.
      "Ba'ung, ambilkan kerupuk di atas lemari!" ucap adekku saat itu. Tanpa babibu lagi, aku menyentil dahinya sampai dia meringis kesakitan. Setelah beberapa saat, akhirnya dia mengulang ucapannya. "Ba'ung, minta tolong ambilkan kerupuk di atas lemari!"
     Aku tersenyum mendengar ucapannya karena akhirnya dia ingat kalau harus membudayakan kata "tolong/minta tolong" saat membutuhkan/menyuruh orang lain.
     Aku adalah manusia yang masih sangat jauh dari kata sempurna terutama dalam hal ucapan. Aku sadar kalau beberapa kali aku menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa menyelipkan kata "tolong/minta tolong". Akan tetapi selama aku masih ingat, aku selalu berusaha untuk menyelipkan kata itu walaupun pekerjaan tersebut sebenarnya merupakan kewajibannya.
     Menurut artikel yang aku baca dalam kompas.com, mengajarkan seseorang untuk menggunakan kata "tolong", "terimakasih", dan "maaf" itu sangat penting terutama untuk anak-anak. Semua itu karena menunjukkan kesopanan dan rasa menghargai orang lain.
     Kata "tolong/minta tolong" juga bisa menjadi sebuah penghargaan atas jasa yang sudah mereka lakukan. Mungkin hal itu memang terkesan sepele, padahal sebenarnya itu sangat penting terutama di zaman modern sekarang.
    Segala sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil. Semoga kita menjadi orang yang selalu menjunjung tinggi kesopanan.

No comments:

Post a Comment