Tuesday, June 30, 2020

Apakah Kita Sudah Menjadi Teman Yang Baik?

Apa itu Bullying? Menurut salah satu artikel yang aku baca, bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik atau mental secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita. Mungkin isu bullying ini sudah tidak se-viral beberapa waktu yang lalu dimana masih banyak orang-orang membuat postingan dengan caption atau gambar yang bertuliskan "stop bullying", tapi diakui atau tidak kalau bullying ini masih terjadi sampai sekarang. Awalnya. Aku bukan termasuk orang uang begitu antusias mengikuti tren terutama dalam hal perjuangan hak, tapi aku selalu berusaha supaya aku tidak diinjak-injak oleh orang lain that's why I tried so hard to prove my best. Back to topic! Setelah aku menginjak di semester tiga, aku mendapat kesempatan untuk menjadi panitia di salah satu acara kampus dan disitulah aku bertemu dengan seorang perempuan yang mungkin bisa dikatakan dia tidak bisa berbicara dengan baik, tapi orang-orang masih bisa paham terhadap apa yang ia katakan. Walaupun acara kampus itu selesai, aku dan dia masih sering bertemu dan berkomunikasi karna kebetulan kita satu fakultas. Hari demi hari, kita sering jalan, makan dan mengerjakan tugas bareng sampai akhirnya dia tidak sungkan untuk menceritakan masalahnya sama aku. Jujur, sebelum itu aku sering bertanya-tanya kenapa aku selalu menemukannya sedang duduk sendirian di Fakultas dan tidak seperti teman-temanku yang lain yang lebih memilih untuk duduk bareng teman sekelasnya atau pergi ke mall sambil menunggu kelas selanjutnya. Ternyata setelah aku menanayakan soal itu sama dia, dia mulai bercerita kalau beberapa temannya hanya mengajak teman dia yang lain dan tidak mengajaknya untuk ngumpul atau nongkrong. Pernah di suatu hari saat aku sedang mengerjakan tugas di reading cornee bersama teman-teman kelasku yang lain, dia menghampiriku dalam keadaan menangis dan hatiku ikut sakit saat mendengar ceritanya kalau ada orang yang merendahkannya karna dia tidak bisa berbicara dengan baik. Aku tidak tau apakah itu termasuk bullying atau tidak, tapi yang aku tau adalah kalau aku benar-benar kecewa sama mereka yang menganggap dirinya lebih sempurna dari orang lain sehingga tidak mau berteman dengan orang-orang yang mempunyai kekurangan fisik. Tidak ada yang tau siapa yang akan menolong kita saat kita sedang kesusahan karna belum tentu orang yang selalu bersama kita disaat keadaan nyaman membantu kita saat dalam kesusahan. Mereka yang difabel juga mempunyai hak yang sama seperti kita untuk mempunyai teman yang banyak, perhatian dan juga teman yang mengajaknya buat nongkrong atau mengerjakan tugas bareng karna pada dasarnya mereka dan kita adalah sama-sama manusia biasa. Jangan sampai kita menghilangkan sifat kemanusiaan kita hanya untuk mengikuti nafsu dan keinginan. Be a good and kind person. They deserve to live a happy life😍.

Monday, June 29, 2020

Merawat Hidup yang Berharga

Hidupmu terlalu berharga untuk kamu banding-bandingkan dengan orang lain yang menurutmu lebih beruntung. Kamu sudah punya goals/tujuanmu sendiri, begitupun dengan mereka. Kadang, memang kita pernah berfikir "kenapa dia bisa seberuntung itu dengan memiliki keluarga yang harmonis, uang banyak, prestasi yang selalu ia raih bahkan teman-teman yang juga banyak. Padahal tanpa kamu sadari, kamu juga mempunyai keberuntunganmu sendiri yang porsinya pasti berbeda setiap orang. Melihat orang lain yang sukses itu boleh sekali, apalagi jika dengan begitu bisa membuatmu menjadi lebih semangat, tapi satu yang nggak boleh yaitu saat kamu hanya bisa membanding-bandingkan dirimu dengan mereka tanpa ada effort untuk mencapai goalsmu sendiri. Berbicara soal membandingkan diri kita dengan orang lain, tidak selamanya kamu yang melakukannya, tapi kadang orang terdekat kita lah yang membandingkan kita. Tidak jarang kita mendengar ibu, mbak, kakak, adek kita sering bilang "coba kayak anaknya si B, udah dewasa, rajin bersih-bersih dan suka rawat diri lagi". Saat mereka bilang seperti itu, mungkin kita pengin ngebantah ataupun menangis, tapi kamu harus ingat untuk selalu introspeksi diri. Siapa tau latar belakang mereka bilang seperti itu karna kamu sendiri yang pemalas sehingga mereka membandingkan kamu dengan orang lain supaya kamu termotivasi, so just stay positive. Aku, kamu dan mereka punya porsi kesuksesan, kebahagiaan masing-masing, tapi kita harus tetap berusaha untuk menjadi yang terbaik. Keep your spirit and reach ur bright future😍

Saturday, June 20, 2020

Aku dan Emmak

     Hari ini aku hanya ingin diam di rumah dan menolak semua ajakan teman-teman yang katanya mau berlibur ke salah satu pantai terdekat. Setelah membersihkan rumah, ibuku yang kebetulan sedang di sawah menelfonku dan menyuruh supaya aku menjemur jagung dan kacang tanah yang baru saja panen. 
     Berhubung hari ini kebetulan aku sedang libur kuliah, dengan senang hati aku melakukan apa yang ibu perintahkan. Saat aku hampir selesai menjemur jagung tiba-tiba ada 5 anak ayam yang mau makan jagung. Karna aku takut dimarahi ibu karna membiarkan jagungnya dimakan ayam, akhirnya anak ayam itu aku usir, tapi sebelumnya aku kasih 2 jagung karna aku tau kalau anak ayam itu pasti sedang lapar.          "Kamu tau apa yang membuat seorang perempuan itu menjadi berharga?" Tanya ibu di suatu waktu saat aku sedang tidur disampingnya. "Seorang perempuan menjadi berharga saat ia tidak hanya fokus untuk menuntut ilmu, tapi juga mau membantu apa yang menjadi pekerjaan orang tuanya saat di hari libur" jawab ibu setelah aku bertanya tentang apa yang menjadikan seorang perempuan berharga.
     Aku mulai paham kenapa ibu berkata seperti itu. Ibu mungkin takut aku meniru salah satu temanku yang kebetulan juga sama-sama kuliah jauh dari rumah dan ketika pulang kampung temanku itu sama sekali tidak mau jika disuruh ikut ke sawah dengan alasan karna posisinya sebagai mahasiswa. 
     Cukup lucu juga alasannya dan parahnya orang tua dari temanku itu hanya membiarkan anaknya diam di rumahnya tanpa membantu mereka. Ibuku selalu bilang "nak, apapun kerjaanmu kelak jangan pernah bikin sawah keluarga kosong tanpa adanya tanaman". Nasihat itulah yang selalu ibu katakan saat aku pulang kampung. Tidak hanya memberi nasihat itu, tapi ibu juga memberi alasan kenapa sawah keluarga harus terus dirawat, itu semua karna sawah adalah ladang dari makanan.
   "Kamu boleh jadi dosen, guru, dokter, tapi sawahmu harus tetap kamu rawat dengan cara mempekerjakan orang lain". Ibu tidak pernah melarang anak-anaknya (aku sebagai anak tunggal dan keponakannya) untuk menjadi apa yang mereka inginkan bahkan ibu selalu menyuruh kita supaya terus berusaha supaya bisa menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain. 
     Saat aku cerita tentang cita-citaku yang ingin menjadi seorang penulis, ibu selalu mensupport dan mengingatkan aku buat nulis kalau aku hanya bermalas-malasan saat di rumah seperti liburan saat ini. Ibu selalu dan tetap menjadi wanita terkuat dalam hidupku.
Love u mom😍.

Review Novel Satu Hari Bersamamu (For One More Day)

Judul: Satu Hari Bersamamu Penulis : Mitch Albom Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2007 Alih bahasa : Olivia Gerungan Halaman : 248 hal.    Charley Benetto, adalah anak pertama dari satu bersaudara (Roberta). Dia hidup dalam sebuah keluarga yang romantis sebelum perpisahan yang terjadi antara kedua orang tuanya. Saat itu merupakan awal dari dari cerita lika-liku yang dihadapi oleh Charley. Sebagai anak pertama, dia dipaksa untuk memilih antara antara tinggal bersama ibu atau ayahnya. Jika dilihat dari keakraban Charley bersama ibunya, menurut saya keputusan Charley untuk memilih tinggal bersama ayahnya hanya karna dia adalah seorang anak laki-laki, artinya adeknya-lah yang mempunyai kesempatan untuk tinggal bersama ibunya. Charley tinggal bersama ayahnya sampai tiba dimana ibunya meninggal dan dia tidak bisa berada disampingnya lantaran lebih memilih untuk menuruti perintah ayahnya yaitu mengikuti pertandingan bisbol.     Kematian ibunya, Pauline, menyebabkan Charley merasa bersalah lantaran dia tidak bisa berasa disamping ibunya disaat-saat terakhirnya. Dia semakin merasa terpuruk saat masalah demi masalah datang secara bertubi-tubi. Dia semakin kehilangan motivasi untuk menjalani hidup ditambah dengan istri dan anaknya yang tidak lagi menginginkan kehadirannya terutama saat pernikahan putri satu-satunya (Marlia) sampai tiba di suatu malam dimana dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menyetir mobil secara ugal-ugalan. Menurut saya hal menarik dari buku ini adalah saat penulis berhasil menceritakan ibunya Charley yang kembali hidup satu hari sebagai sesuatu yang bukan hantu.     Setelah malam itu, Charley memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya, rumah dimana ia tinggal  semasa kecilnya. Di rumah itulah Charley kembali bertemu dengan ibunya yang harusnya sudah meninggal delapan tahun silam dan seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi terhadap ibunya. Charley sadar kalau hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin, akan tetapi dia benar-benar melihat ibunya yang memasak makanan untuknya. Ibunya meminta Charley untuk tinggal bersamanya selama satu hari dan di hari itulah Charley diajak untuk mengunjungi beberapa rumah, salah satunya adalah rumah istri kedua ayahnya yang merupakan jawaban dari kebingungannya akan sebab perceraian kedua orang tuanya. Charley dan ibunya adalah orang yang sangat kuat dalam menghadapi masalah-masalahnya.     Kisah Charley dalam buku ini sabgat menarik lantaran penulis berhasil membuat pembacanya penasaran dan juga menyelami dunia ceritanya yang mayoritas pembahasannya adalah tentang kekeluargaan. Penulis berhasil membuktikan bahwa hubungan antara seorang anak dan ibunya sangatlah erat dan kasih sayang seorang ibu tidak bisa dideskripsikan dengan sesuatu apapun. Mitch Albom selaku penulis buku ini berhasil membuat saya meneteskan air mata saat membaca setiap kisah antara Charley dan ibunya. Selain menceritakan tentang kekeluargaan, menurut saya buku ini juga menjelaskan bahwa suatu penyesalan pasti akan kita temukan di akhir dari suatu tindakan, seperti Charley yang menyesal lantaran lebih memilih untuk tinggal dan menuruti semua keinginan ayahnya sampai akhirnya ibunya meninggal dan Charley sadar kalau akarnya sudah dicabut oleh tuhan. Buku ini membuat saya semakin sadar untuk mencintai dan menemani ibu saya. Mitch Albom juga menuliskan beberapa quotes didalam buku ini : " kau harus berhati-hati dengan hidupmu saat menuruninya, sama seperti saat kau menaikinya" " kalau seseorang ada didalam hatimu, mereka tidak pernah benar-benar pergi. Mereka bisa kembali padamu bahkan pada waktu-waktu yang tak terduga" " Menyia-nyiakan waktu itu sungguh memalukan. Kita selalu berpikir kita   punya terlalu banyak waktu" Quotes diatas seakan-akan menjelaskan bahwa kesempatan tidak datang dua kali, begitupun dengan kesempatan untuk bersama orang yang kita sayang. Terimakasih Mitch Albom atas semua cerita luar biasanya. 

Thursday, June 18, 2020

Menyontek bukan jalan yang terbaik

       Beberapa hari yang lalu teman aku ngirimin link twitter dan dia nyuruh aku buat baca komenan tweet tersebut. Kebetulan aku dan temanku itu sama-sama orang yang kadang se frekuensi bahkan emang sering se frekuensi mulai bahas soal kehidupan, pelajaran bahkan perghibahan dan yang paling penting kita sama-sama orang yang dibilang ambis sama teman-teman. Sebenarnya kita tidak merasa ambis tapi mungkin salah satu alasannya adalah karna kita bukan orang yang sudah terlahir dengan otak cemerlang, jadi kita berdua memang harus belajar mati-matian biar bisa paham sama matkul yang disampaikan oleh dosen, biar bisa menjawab UTS dan UAS dengan lancar. 
      Setelah aku baca beberapa dari sekian banyak komenan di tweet tersebut ternyata semuanya membahas tentang budaya menyontek. Betul apa kata temanku kalau dilihat dari komenan-komenan di tweet itu ternyata masih banyak orang Indonesia yang kontra terhadap budaya menyontek tersebut.
    "Yang pas sekolah dicontekin pelit banget, sekarang udah jadi direktur belum?" Kira-kira seperti itu isi dari tweet tersebut. Kalau kalian nanyak sama aku, apakah aku pernah menyontek jawabannya tentu iya. Dulu saat MA aku sama sahabatku selalu membagi tugas selama ujian. Kalau aku belajar pelajaran di jam pertama, maka sahabatku kebagian di jam kedua dan aku merasa it's ok aja karna kita sama-sama menguntungkan waktu itu. Tapi masalahnya adalah bagaimana jika orang lain hanya bisa menyontek, meng copy paste jawaban kita tanpa mau belajar sebelumnya?
    Sebenarnya tidak ada orang yang pelit buat membagi jawaban tugas hanya saja kadang kita yang tidak tau diri, kita yang hanya pengin sesuatu yang instant, kita yang hanya pengin lulus matkul dengan IPK diatas 3,5 tanpa belajar. Cobak kalian bayangkan, gimana rasanya kalau mereka harus belajar semaleman, mengabaikan chat di WA, mematikan HP biar bisa fokus belajar bahkan sampai tidak jarang lupa makan demi belajar, tapi tiba-tiba kita yang kerjaannya hanya haha hhluhi, main Instagram nyontek sama mereka. 
      Sebenarnya alasan orang-orang ambis pelit buat ngasih jawaban itu bukan karna mereka takut disaingi oleh nilai kuta, tapi karna mereka ingin supaya kita belajar. Tidak jarang juga anak ambis yang suka men share jawaban tugas mereka, tapi yang bikin grleram adalah saat orang yang mereka kasih contekan malah nggak ada saat dia butuhkan, artinya mereka juga pelit dengan kata lain hanya datang saat butuh. That's why menurut aku kenapa banyak orang ambis yang individualis. 
      Anak ambis selalu punya cara tersendiri buat bersosialisasi. Kalau orang anbis ketemu sama orang ambis lainnya mereka suka merasa cocok dan juga se frekuensi saat ngobrol. Well, sebenarnya tulisan ini bukan mau bahas soal orang ambis, tapi lebih ingin membahas seputar budaya menyontek. Jadi, baik aku ataupun kalian sebaiknya belajar terlebih dahulu dan cukup menanyakan yang nggak kita paham tanpa menyontek.
Semangat!😉

Friday, June 12, 2020

Menggapai Cakrawala Part 7

"Geser dong Tin ke kersi sebelah, aku mau duduk samping Farel" kata Ical ke Fatin ketika mereka sudah ada di dalam aula pelantikan setelah mengambil snack yang disediakan oleh panitia didepan Aula.
"Apaan sih Cal. Ganggu aja. Aku nggak mau geser. Posisi dudukku udah nyaman. Lagian kenapa nggak duduk disampingku aja? Jarang-jarang kan duduk deket cewek cantik? Liat aja tuh dua kursi sebelah kanan kita khusus fakultas saintek. Males banget aku deket-deketan sama anak saintek" jawabnya dengan posisi memeluk kursinya karna nggak mau pindah.
"Kamu cantik? Perasaan nggak ada sisi-sisi cantiknya deh Tin" ujar Farel saat melihat kedua sahabatnya debat soal tempat duduk.
"Tuh kan. Farel aja menyadari ketidak cantikanmu Tin, apalagi aku" jawab Ical yang disambut dengan jotosan dari Fatin di kepalanya sebelum akhirnya Fatin mengalah dan memilih untuk pindah tempat duduk ke kursi disampingnya.
"Hem hem, boleh aku duduk disampingmu Tin?" Tanya orang yang baru sampai dan berdiri didepan Fatin yang tak lain adalah Fatan.
"Emang harus banget duduk disini? Nggak ada kursi lain?" Respon Fatin dengan sifat juteknya saat melihat Fatan yang menyapanya sambil tersenyum manis.
"As you can see. Kursi ini doang yang kosong"
"Terserah kamu deh. Duduk aja kalau mau! Tapi ingat, jaga jarak! Nggak usah dekat-dekat aku!" Ujar Fatin saat cowok disampingnya yang tak lain adalah Fatan sudah duduk manis di kursinya sendiri.
"Acara selanjutnya, pelantikan pengurus himpunan mahasiswa jurusan Kimia"
Suara MC yang merdu kembali membacakan susunan acara setelah sebelumnya rektor menyampaikan sambutannya.
"Wakil ketua : Fatan Fahreza"
Suara tepuk tangan memenuhi aula bersamaan dengan dibacanya SK pelantikan HMJ Kimia . Anak-anak saintek sangat bahagia atas dilantiknya farhan sebagai wakil ketua karna dia adalah mahasiswa baru yang sudah berhasil menjadi artis fakultas karna IQ-nya yang diatas rata-rata juga wajah tampannya, sedangkan Fatin masih dengan ekspresi mukanya yang kaget karna masig nggak percaya sama apa yang baru dikatakan oleh MC pelantikan. 
"Wihh keren Tin si Fatan. Masih semester satu tapi sudah dipercaya buat menjadi wakil ketua himpunan. Gila! Keren banget. Mana fakultas saintek lagi yang terkenal dengan mahasiswa dengan otak cemerlang. Aku ramal kalau dia bakal segera menjadi pria idaman cewek kampus." Kata Farel sambil makan snack yang dikasih panitia di depan aula.
"Kapan sih giliran fakultas kita buat dilantik? Sudah gerah banget disini." Ujar Fatin tanpa menghiraukan omongan kedua sahabatnya yang tidak henti-hentinya memuji Fatan yang baru dilantik sebagai wakil ketua jurusannya. 
"Yaelah Tin, bilang aja kamu malas ngeliat si Fatan dan juga kamu tidak terima karna dia menjadi wakil ketua. Iya kan?" Tanya Ical yang sudah lebih dulu menghabiskan snacknya dari pada Farel.
"Apaan sih? Ngapain juga aku harus nggak terima sama jabatan Fatan? Nggak usah sok tau" jawab Fatn karna nggak terima dibilang iri padahal didalam hatinya yang terdalam  ia sedikit membenarkan ucapan Ical.
 "Kenapa Fatan selalu bisa lebih unggul dari pada aku? Kenapa harus fatan? Kenapa nggak orang lain?" Tanya Fatin didalam hatinya sambil tetap berusaha untuk mengontrol ekspresi mukanya supaya tidak ketahuan sama kedua sahabatnya kalau dia sudah mulai kacau dan air matanya sudah hampir jatuh. 
"Jangan selalu membohongi dirimu sendiri Tin. Fatan emang pantas buat menduduki jabatan itu, tapi bukan berarti kamu nggak bisa sukses dengan dengan caramu sendiri. Percuma jabatan tinggi kalau progressnya zero. Kalau Fatan busa, kenapa kamu nggak? Semangat dong!" Kata Farel yang mulai menyadari emosi dan perasaan sedih yang dirasakan oleh Fatin.
"Sorry. Barusan aku demgar kalian nyebut namaku. Kenapa ya?" Tanya Fatan yang sudah duduk di tempatnya tanpa disadari oleh Fatin dan kedua sahabatnya.
"Siapa yang ngomongin kamu? Kayaknya kamu salah dengar Tan. Selain itu, namamu hampir mirip sama namanya si Fatin dan barusan kita ngomongin dia bukan ngomongin kamu" jawab Ical karna melihat Fatin yang sepertinya malas untuk menjawab pertanyaan Fatan dan tetap fokus menyimak acara pelantikan yang sudah giliran himpunan jurusannya untuk dilantik.
"Selamat ya Fatin, Farel, Ical. Akhirnya kalian resmi juga menjadi pengurus himpunan" kata Fatan sambil menyalami Fatin dan kedua sahabatnya.
"Iya Tan. Kita bertiga juga mau ngucapin selamat buat kamu yang menjadi wakil ketua himpunan. Keren banget kamu. Proud of you man" ujar Farel setelah mereka duduk kembali di tempatnya masing-masing.
"Fatin, aku mau minta maaf" ucap Fatan dari tempat duduknya yang pas disamping Fatin.
"Kalau kamu tetap mau bahas soal UKM, mending nggak usah ngomong aja"
"Sampai kapan kamu mau marah sama aku Tin?"
"Sampai aku lupa kalau punya teman yang nggak punya sifat pri kemanusiaan kayak kamu"
"Aku sudah ngundurin diri dari UKM mapalaska" ucap Farel setelah menghela nafasnya karna mendapat jawaban yang tidak diharapkan dari Fatin.
"Nggak usah bohong. Lagian ngapain juga kamu harus keluar dari UKM? Bukannya enak karna kamu bisa memimpin anggotamu tanpa adanya aku di UKM" tanya Fatin sambil meremas bungkus snack yang dipegang untuk menghilangkan rasa nervousnya.
" karna aku lebih memilih sahabat dari pada jabatan Tin. Buat apa aku jadi ketua angkatan di UKM tapi aku harus kehilangan kamu sebagai sahabat pertamaku di Bandung ini" jawab Fatan dengan kedua matanya yang masih menatap Fatin.
" Tapi itu sama aja dengan kamu menjadi seorang pengecut Tan. Kamu sudah mendapat amanah, tapi kok segampang itu kamu lepas amanah hanya karna alasan konyol kamu itu" kata Fatin karna merasa bersalah saat tau pengorbanan Fatan demi pertemanan mereka.
"Itu bukan alasan konyol Tin"
"Aku mau kamu kembali ke UKM. Itu soal tanggung jawab Tan" lanjutnya dengan penuh ketegasan.
"Tapi kamu mau maafin aku? Aku bakal mencabut surat pengunduranku asal kamu maafin aku dan tetap mau berteman sama aku" tanya Fatan dengan mukanya yang menunjukkan kebahagiaan. 
"Iya" jawab Fatin yang sudah bisa tersenyum singkat sama Fatan setelah setengah semester lamanya ia menjauhi Fatan karna masalah saat di lokasi ujian UKM Mapalaska.
"Nah gitu dong. Kan nanti endingnya bisa happy ending. Iya nggak Rel?" Respon Ical setelah melihat sahabatnya kembali baikan sama Fatan.
"Betul banget Cal. Seorang teman tidak boleh memarahi temannya sendiri, awww" jerit Ical saat Fatin tiba-tiba mencubit lengannya.
-
"Fatin, kamu mau nggak pulang bareng aku? Kebetulan kemarin aku sudah dikirimin motor sama ayah. Nanti kita mampir ke warung dekat kosmu aja dulu, kan kita belum makan nasi dari pagi. Gimana?" Tawar Fatan saat melihat Fatin keluar dari aula bersama kedua sahabatnya menuju parkiran aula setelah pelantikan LKM semua fakultas selesai.
"Wah bagus tuh Tin. Aku bareng Ical juga kebetulan mau ke Fakultas dulu soalnya ada tugas kelompok hari ini" kata Farel yang dibalas dengan injakan dari Fatin yang sadar kalau itu hanya alasannya supaya Fatin mau menerima tawaran Fatan.
"Gimana Tin, mau nggak?"
"Iya boleh. Tapi jangan lama-lama ya makannya soalanya ini sudah sore. Aku masih ada kerjaan di kos"
Tidak ada yang membuka pembicaraan saat mereka berdua menuju warung makan dekat kos Fatin. Setelah mereka sampai di warung makan, Fatin hanya memesan nasi goreng kesukaannya sedangkan Fatan memesan nasi telur.
"Gimana kuliahnya Tin? Lancar?" Tanya Fatan sambil berusaha untuk mencairkan suasana diantara mereka berdua. 
"Ya gitu deh. Tugas sudah banyak dan juga semakin sibuk" jawab Fatin yang masih fokus makan nasi gorengnya.
"Kan tugas kita emang buat belajar, jadi kamu harus tetap semangat. Jangan karna nanti kamh bakal sibuk di himpunan terus kamu lalai sama kuliah. Bagaimanapun juga, kuliah itu tetap prioritas"
"Iya, aku tau kok. Kamu sendiri gimana? Dengar-dengar kamu punya IQ diatas rata-rata." Tanya Fatin tanpa basa basi.
"Itu cuma opini orang-orang, padahal faktanya biasa aja. Mereka aja yang suka berlebihan. Ya sudah yuk pulang. Kamu sudah kan makannya?"  Respon Fatan sengaja mengalihkan pembicaraan karna tidak mau suasana diantara mereka berdua kembali dingin.

Wednesday, June 10, 2020

Remember When

      
      Ngomongin soal seseorang membuat Clara ingin mendeskripsikan dia. Clara ingin mengingat tentang bagaimana sosok lelaki yang awalnya clara kira hanya teman dunia maya dan hanya karna debat yang topiknya pun sudah dia lupa. Semuanya berawal dari situ mulai dari dia merasa nyaman bahkan sudah mulai berani menumbuhkan perasaan. Clara kira itu hanya perasaan monyet, tapi tidak mungkin rasanya jika itu semua bertahan selama 5 tahun lamanya.
      Dunia seakan-akan sedang mempermainkannya saat itu mulai dari pertemuan yang tidak sangaja bahkan dengan di suatu kerjaan yang sama sampai akhirnya tiba dimana dia harus keluar dari tempat yang selama 6 tahun mendidik dan menjadi tmpatnya untuk mencari jati diri dan ilmu. Saat Clara sudah berada di dunia yang berbeda dengan dia mungkin dia selalu menyamakan dengan yang lain yang menurut dia tidak begitu baik untuk dicontoh sampai dia tidak sempat mengontrol jari-jarinya untuk menilai Clara dengan kata yang bahkan Clara nggak mau mengucapkannya di salah satu sosmed waktu itu tanpa dia mencari tau apa yang sebenarnya. Jangan ditanya perasaan Clara saat membaca postingan itu karna Clara hanya ber ohh biasa tanpa adanya secuil perasaan sakit hati bahkan bodohnya. 
     Hari-hari setelah itu perasaan rindu tetap saja Clara tampung untuk dia. Sejak itu Clara sudah faham arti cinta buta dengan definisinya sendiri. Jika tahun 2020 menjadi tahun pertama dimana semua orang harus berjauhan demi kesehatan, maka Tahun 2020 juga menjadi tahun pertama yang akhirnya membuat Clara sadar untuk mengakhiri kehaluan, kebodohan dan kebutaannya. 
      Dia harus tetap melangkah kedepan dan tetap berjuang demi manisnya kehidupan. Dia juga harus mulai menata perasaan agar tidak lagi tertipu dengan keadaan.

Monday, June 8, 2020

Menggapai Cakrawala Part 6

"Fatin, gimana soal tawaran kita tadi malem buat ikut himpunan?" Tanya kedua sahabatnya sambil berjalan menaiki tangga fakultas.
"Kalau aku ikut kira-kira nanti bisa jadi anggota yang baik nggak ya? Soalnya aku jadi males ikut organisasi gara-gara sudah ditolak di UKM Mapalaska"
"Tin, bukan karna kamu tidak lolos di UKM Mapalaska terus kamu bisa berhenti untuk berproses. Kuliah tuh bukan cuma soal bangku kelas, tapi juga soal seberapa banyak pengalaman dan skill yang kamu punya" tanya Farel tanpa menghiraukan tatapan dari cewek-cewek di fakultasnya karna ketampanan yang ia miliki melebihi Ical, sahabatnya sendiri.
"Yes I know that Farel, but I just feel afraid and insecure"
"What are you talking about? Sejak kapan Fatin yang aku kenal tiba-tiba menjadi cewek penakut?"
Fatin sempat menghentikan langkahnya untuk menarik nafas panjang.
"Ok. Aku ikut"
"Nah gitu dong. Itu baru namanya sohib kampret. Ya udah nanti biar kita berdua aja yang daftarin kamu Tin. Cuman ngisi Google Form kok"
"Iya terserah kalian. Nanti aku juga mau ngerjain tugas, jadi pasti jarang pegang HP"
-
"Widih. Cewke aktivis udah datang dan mau masuk kelas lagi nih" sindir Ikbal sambil berjalan mendahului Fatin dan kedua sahabatnya.
Kemudian Fatin berusaha menjajarkan posisi jalannya dengan Ikbal.
"Sebenarnya kamu ada masalah apa sama aku? Perasaan kita baru masuk kelas beberapa minggu deh, tapi kok kamu tuh bawaannya sewot terus kalau liat aku baik diluar kelas ataupun luar kelas"
"Kamu mau tau kenapa aku nggak suka sama kamu? Itu semua karna cuma kamu doang Tin yang sok berani aktif di kelas" jawab Ikbal dengan tatapannya yang tetap fokus ke tangga.
Farel dan Ical hanya melirik Fatin saat kepergian Farel buat ke kelas dan mendahului mereka bertiga.
"Kenapa sih semua orang selalu menganggap aku mau saingan sama mereka? Kemarin Fatan, sekarang Ikbal, terus besok siapa lagi?" Tanya Fatin dengan eskpresi muka yang sudah menampakkan aura kekesalan.
"Biarkan anjing menggonggong Tin, kamu pasti bisa berlalu.
-
Sohib Kampret
Farel
Cal, kamu dimana? Dicariin Kak Aldi nih, calon ketua himpunan kita. Jangan pacaran terus kerjaannya.
Ical
Apaan? Ngapain kak aldi nyariin aku?
Farel
Ya buat seleksi wawancara calon anggota himpunan lah anjir. Kamu kira mau ditraktir?
Ical
Loh emang kamu sama Fatin udah?
Farel
Aku sama Fatin sudah wawancara barusan karna kebetulan tadi kita berdua ketemu sama kak Aldi di Student Center.
Ical
Kalian berdua emang sahabat yang nggak setia.
Farel
Nggak usah kayak cewek Cal. Dikit-dikit ngambek. Mending sekarang kamu cepetan japri kak Aldi dan bilang kalau mau wawancara.

Read
"Kampret ni anak. Chatku di read doang"gerutu Farel saat chatnya tidak dibalas sama Ical.
"Ya udah rel. Siapa tau Ucak emang udah mau Japri kak Aldi. Mangkanya dia cuman read chatmu"
"Iya benar juga kamu Tin. Btw, kamu langsung mau pulang kos nih? Apa masih ada belajar kelompok di kampus?" Tanya Farel sambil berjalan ke parkiran Fakultas.
"Iya. Aku langsung mau pulang. Aku sudah merasa capek banget. Pengin cepat-cepat tidur"
"Ya udah sekalian aja aku anterin"
"Loh si Ical gimana? Kan kalian cuma bawa satu mobil"
"Kebetulan hari ini dia yang aku suruh bawa mobilku dan aku bawa motor soalnya aku kangen naik motor"
"Pantesan tadi berangkatnya nggak bareng" kata Fatin dengan tangannya yang mengambil helm diatas motor Farel.
-
Fatin baru membuka pintu kamar kosnya saat hp nya bergetar menandakan ada notifikasi baru.
Calon Pengurus Himpunan
"Oh aku udah dimasukin grup himpunan. Tak kirain chat apaan" gumam Fatin didalam hatinya saat ia sudah duduk manis diatas kasur empuknya.
"Aku harus melupakan semuanya. I'll do my best from this time" 
Lagi-lagi Fatin berbicara dengan dirinya sendiri saat tiba-tiba ia teringat dengan masa lalunya, masa lalu yang membuatnya merasa sakit untuk mengenangnya, masa lalu yang membuatnya memutuslan untuk kuliah jauh dari kampung halamannya.
Calon Pengurus Himpunan
Kak Aldi
Selamat sore teman-teman. Terimakasih buat kalian semua karna kalian semua sudah mau bergabung dengan himpunan kita semua. Aku selaku calon kahim ingin menyampaikan informasi terkait pelantikan seluruh LKM fakultas di kampus kita yang akan dilaksanakan besok pagi di aula kampus jam 07:09 WIB. Dresscode nya nanti kita pakai jas almamater kampus ya.

Read
"Kenapa semua fakultas ijadiin satu sih?"
Fatin membanting HP nya setelah membaca chat calon kahimnya mengingat besok dimana ia lagi-lagi harus izin kelas karna kepentingan pelantikannya.
Setelah mencharger HP nya, Fatin memutuskan untuk mandi dan pergi ke perpustakaan Bandung yang buka 24 jam karna ingin segera menyelesaikan tugasnya yang sangat menumpuk.
Drt drt drt
Mama is calling
"Halo ma, gimana kabarnya?"
"Fatin, kok kamu jarang nelfon mama sih nak? Mama kan khawatir . Tadi mama juga telfon si Fatan, tapi katanya dia nggak lagi sama kamu. Gimana kuliahnya? Lancar kan? Uangnya ada nggak?" Tanya mamanya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi jarna seharian ia lupa untuk menelpon kedua orang tuanya.
"Satu-satu dong ma nanyanya. Maaf ya ma Fatin jarang nelfon mama soalnya akhir-akhir ini Fatin sibuk ngejar matkul yang ketinggalan karna izin saat ikut ujian UKM kemarin. Kuliah Fatin lancar kok ma. Doakan Fatin terus ya ma suapaya Fatin bisa sukses dan kuliah S2 di luar negeri. Uangnya Fatin juga masih ada kok ma. Do not worry" jawab Fatin sambil membereskan buku yang berserakan diatas kasurnya dengan headset yang menyambungkan telfon dari mamanya.

Fatan
Hai Tin. Selamat malam. Besok kamu ikut pelantikan kan? See you there. Jangan lupa kabari orang tuamu biar mereka nggak khawatir dan nyariin kamu.
Read
"Anjir ni anak juga ikut himpunan. I can not accept it" ucao Fatib sambil mendumel kesal karna chat Fatan. Cowok yang ia sangat benci karna kesombongannya.
-
Setelah shalat Isya' Fatin memutuskan untuk tidur dan membatalkan rencananya buat ke perpustakaan karna besok dia harus bangun pagi buat ikut pelantikan.
Sohib Kampret
Farel
Tin
Ical
Tin
Fatin
Berisik
Farel
Kok sensi buk? Lagi datang bulan?
Ical
Iya tuh sensi banget
Fatin
Aku mau tidur. Jangan ganggu! Besok kita pelantikan loh.
Ical
Wih kayaknya ada yang semangat banget nih buat ke pelantikan besok. Ada apakah gerangan?
Farel
Ada si Fatan kalik. Kan besok pelantikan LKM semua fakultas. Tin, you can not avoid that meeting. Everything supports you to meeti with him 
Read


Tuesday, June 2, 2020

Menggapai Cakrawala Part 5

      Fatin menghela napas begitu menginjakkan kakinya di kos setelah mengikuti ujian UKM Mapalaska. Sebenarnya fisiknya tidak terlalu capek, hanya saja batinnya lah yang membutuhkan istirahat.
Farel (sohib Kampret)
@Fatin
Ical (sohib kampret)
@Fatin. Where are you rn?
Farel (sohib kampret)
Tin, hari ini kamu udah di kos kan? Nanti malek aku bareng Ical mau main ke kosmu.
Ical (sohib kampret)
Iya tin. Nanti kita juga bawa martabak kesukaanmu kok 
      Fatin hanya tersenyum saat membaca chat yang sudah sampai 229 chat tidak dibaca di grup yang mereka bikin karna selama ujian HP nya disita sama panitia. Setelah mematikan data selulernya, Fatin memutuskan untuk tidur dan melupakan semua kejadian selama ujian yang  membuatnya sedih.
"Fatin, buka pintunya! Kita sudah sampai"
      Suara cempreng Ical berhasil membuat Fatin bangun dari tidurnya. Jangan heran kenapa sahabatnya Fatin yang cowok bisa masuk ke kos cewek. Semua itu karna selain kosnya menerapkan sistem 24 jam juga membolehkan teman cowok penghuni kost buat berkunjung selama tidak melakukan hal-hal yang aneh. Sebenarnya Fatin juga merasa risih dengan peraruturan di kosnya yang menurut dia terlalu bebas. Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa karna dia hanya terpaksa memilih buat nge kost disitu karna selain harganya yang murah juga jaraknya yang dekat dengan kampus.
"Iya sebentar. Kalian berdiri aja dulu disitu. Aku masih mau cuci muka sambil pakai jilbab"
"Cepetan! kaki kita sudah pegal nih"
Tanpa menjawab perintah kedua sahabatnya, Fatin segera mencuci muka dan membereskan baju-baju yang berserakan di kamarnya karna sepulang dari ujian dia langsung tidur dan tidak sempat membereskan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. 
"Gimana tin ujiannya? Lulus kan?" Tanya kedua sahabatnya setelah Fatin membukakan pintu buat mereka.
"Nggak"
"Loh kok bisa? Kamu kan pintar tin. Ya pasti lulus lah"
"Tapi kenyataannya tidak. Aku nggak lulus karna aku jatuh saat tantangan pertama dan lawanku saat itu adalah Fatan"
"Kok bisa gitu sih. Ya ampun tin, pasti kamu sedih banget. Ya udah tin nggak usah dipikirin. Masih banyak organisasi yang bisa kamu ikutin"
"Iya tin benar banget apa kata Farel. Sebenarnya kita berdua kesini karna pengin ngasik pamflet pendaftaran anggota himpunan. Santai aja, di organisasi ini kamu nggak bakal ketemu sama Fatan kok karna organisasi ini hanya tingkat jurusan"
"Bagus juga tuh kayaknya. Besok kita langsung daftar aja"
       Kedatangan kedua sahabatnya berhasil membuat mood Fatib menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak banyak yang mereka lakukan selama di kosnya. Mereka hanya bermain kartu UNO dan saling ketawa saat salah satu dari mereka ada yang kalah dan harus memakai bedak baby nya Fatin.
"Assalamualaikum"
       Ketokan dan suara didepan pintu kamar Fatin berhasil membuat bertiga kebingungan dan melihat kearah pintu karna seingat Fatin selama di Bandung nggak ada yang tau lokasi kosnya selain kedua sahabatnya.
"Siapa tin? Kamu ada janji sama temanmu yang lain?"
"Nggak kok. Aku juga nggak tau. Farel bukain pintu dong soalnya aku takut"
"Jangan-jangan ayahmu datang ke Bandung tin"
"Ya nggak mungkin lah. Kalau ayah ke Bandung pasti ngabarin aku"
        Sambil menunggu Farel yang membuka pintu, Fatin pergi ke kamar mandi buat mematikan kran air.
"Hai Fatin"
       Fatin menoleh dan langsung kaget saat melihat Fatan, orang yang benar-benar nggak ingin dia lihat karna masih ingat kejadian saat di lokasi ujian.
"Kamu ngapain kesini? Dari mana tau kosku" tanya Fatin sambil memperbaiki jilbab pink nya yang kesangkut paku tembok.
"Nanyaknya satu-satu aja tin hahaha. Jadi aku kesini karna tadi orang tuamu nelfon aku dan mereka nyariin kamu. Katanya HP mu nggak aktif dan mereka ya pasti khawatir sama kamu. Terus aku tau kosmu karna tadi aku juga nanya alamatnya sama ibumu" jawab Fatan dengan pisisi yang sudah duduk disamping Farel .
"Iya HP ku emang mati soalnya lowbat saat aku tinggal tidur dan aku buat nge charger"
"Ini pakai HP ku aja. Aku sudah save nomor ibumu kok"
      Dia mengambil HP nya Fatan walaupun sebenarnya masih ada perasaan gengsi didalam hatinya dan segera menelfon kedua orang tuanya untuk mengabari kalau dia baik-baik saja 
"Fatin, aku minta maaf ya" ucap Fatan dengan sangat hati-hati karna takut menyinggung perasaannya Fatin.
"Please Fatan jangan ngomongin soal itu lagi soalnya aku lagi males buat membahasnya. Mending sekarang kamu pulang aja dan terimakasih karna kamu sudah meminjamkan HP dan menyampaikan amanat dari kedua orang tuaku" jawab Fatin dengan ekspresi datar.
"Aku beneran pengin minta maaf tin. Kamu masih ingat kan kalau kita berdua berangkat bareng dari rumah ke Bandung ini buat kuliah dan membanggakan orang tua dan kamu tidak akan pernah mengerti kenapa aku sangat berambisi untuk menjadi yang terbaik. Aku pikir kita berdua bisa menjadi saudara di rantauan ini, tapi ternyata kamu menolak itu semua"
"Aku sudah maafin kamu kok Fatan, tapi aku masih males buat ketemu sama kamu" tutur Fatin sambil menahan air matanya yang sudah hampir jatuh dari kedua matanya
"Nggak apa-apa kok. Gaes aku pamit ya. Makasih ya tin"
        Setelah Fatan keluar dari kamarnya, air mata yang sudah Fatin tahan akhirnya jatuh juga. Kedua sahabatnya memberikan waktu buat Fatin untuk menangis dan melampiaskan sakit hatinya. Mereka paham kalau gagap dalam ujian ini adalah hal yang tidak mudah buat Fatin karna sejak awal masuk kuliah dia sudah belajar tips dan trick supaya lulus di ujian UKM Mapalaska.
"Sudah tin jangan nangis terus. Yuk kita lanjut main aja"
"Thank you ya gaes. Aku benar-benar kesal campur sedih karna aku kira kalau aku bakalan akrab sama Fatan, tapi ternyata keadaan selalu menuntut buat saingan sama dia. Aku nggak suka kalau misalkan aku harus saingan sama orang yang aku kenal baik untuk mendapatkan IP terbaik ataupun prestasi lainnya. Cukup di SMA saja aku kehilangan sahabat karna kita harus saingan untuk menjadi juara kelas. Aku tau kalau sebenarnya Fatan itu orangnya baik, tapi nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah menghancurkan impianku buat lulus di UKM Mapalaska"
"Aku sama Ical paham kok tin. menurut kita kamu itu bukan cuman kesal karna nggal lulus di ujian itu, tapi kamu juga nggak terima karna Fatan lulus. Maaf tin kalau aku kesannya blak blak an ngomong kayak gini soalnya aku nggak mau aja kalau kamu harus musuhan sama Fatan. Ingat tin kalau kalian berdua sama-sama merantau dari kota yang sana dan juga tujuan yang sama bahkan Fatan lah teman pertamamu sebelum akhirnya kamu bertemu sama kita berdua. Kalian harusnya saling men support bukan saling menjatuhkan"
"Aku setuju banget sama Farek. Tin, di dunia ini kita memang dituntut untuk bersaing, baik dengan orang lain ataupun dengan diri kita sendiri. Tinggal bagaimana cara kita supaya bersaing secara suportif supaya tetap damai dan menerima hasil dari persaingan itu"
"Iya, aku paham kok. Makasih ya gaes. You help me so much. Terimakasih karna sudah mau menasehati aku dan jangan pernah bosan buat menegur saat aku salah"
"Itu sudah kewajiban aku sama Ical sebagai sahabatmu tin. Kalau ada yang salah diantara kita bertiga, jangan pernah sungkan untuk saling menegur. Sudah jam 11 nih. Kita berdua balik dulu ya. Ini martabaknya jangan lupa dimakan tin"
      Setelah kedua sahabatnya pulang, Fatin kembali keatas kasurnya dan mematikan lampu bersiap-siap untuk tidur lagi karna besoknya dia harus kembali kuliah dan mengejar matkul yang tertinggal karna ujian UKM Mapalaska yang menuntutnya untuk izin dari kelas selama tiga hari.