Liburan semester ini, aku melihat ibu membeli beras dengan jumlah yang sangat banyak.
"Buat Apa toh buk beras sebanyak itu? Kan masih ada hasil panen padi kemarin?" tanyaku pada ibu yang sedang menarik berasnya untuk dibawa ke dalam dapur.
"Buat apa lagi kalau bukan buat dibawa ke kondangan Yul." Jawab ibu diakhiri dengan menyebut namaku secara tidak lengkap karena namaku adalah "Yuli" bukan "Yul". Namun, entah kenapa orang-orang sangat suka memanggilku dengan Yul.
Sangat tidak enak untuk didengar ketika mereka memanggil namaku dengan diawali kata "begitu" sebelum "Yul" sehingga menjadi "begitu Yul"☹️ dan hal itu adalah salah satu sebab kenapa aku selalu menegur orang-orang ketika memanggil namaku secara tidak benar.
Ibu masih berdiri sambil menghitung jumlah beras yang beliau beli. Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak enak akan segera terjadi dan hal itu benar-benar menjadi kenyataan ketika ibu bilang "besok dan seterusnya kalau kamu lagi ada waktu luang, kamu wakilin ibu pergi ke kondangan ya Yul karena ibu harus mengerjakan pekerjaan yang lain."
Modyarrrrrr
Aku masih belum menjawab perkataan ibu dan ternyata ibu menganggap aku sudah menerima permintaannya. Sebenarnya, pergi ke kondangan adalah hal yang bisa saja aku lakukan dengan senang hati, akan tetapi yang tidak aku suka adalah ketika harus berdandan yang menurut aku sangat berlebihan sebelum berangkat ke kondangan.
Beberapa kondangan berhasil aku datangi dengan lapang dada walaupun aku harus melawan jiwa rebahanku demi menjalankan perintah ibu eakkkkk. Beberapa hari yang lalu, aku kembali pergi ke kondangan bersama bibiku ke salah satu rumah kerabat jauh. Setibanya di sana, tidak semua orang aku kenal karena aku memang sangat jarang berkunjung ke rumah itu kecuali hari raya.
Setelah aku duduk di salah satu sudut depan rumah milik tuan rumah acara tersebut, aku melihat seorang perempuan yang tidak asing di ingatanku. Selama beberapa menit, aku terus berusaha mengingat dimana aku pernah mengenal perempuan itu. Dia juga menatapku dan aku segera mengalihkan perhatian.
"Kapan pulang dari Jogja Yul?" Tanya perempuan itu yang sampai saat ini belum ku ketahui namanya karena dia menyapaku tanpa sesi perkenalan terlebih dahulu.
Setelah mengobrol cukup lama, aku baru bisa mengingat kalau perempuan itu ternyata adalah orang yang pernah mengaji di tempat yang sama denganku sekaligus orang yang selalu mengejekku karena kulitku yang hitam dan bajuku yang selalu Kotor disebabkan memanjat pohon buah kersen.
Waktu kecil, kulitku memang hitam bahkan masih tetap sampai sekarang. Selain itu, mukaku juga sangat tidak enak dipandang karena aku sangat jarang memakai bedak ditambah dengan sifatku yang judes setiap melihat orang yang memandangku dengan tatapan aneh.
Perempuan itu tetap duduk di sampingku sambil menggendong seorang anak perempuan yang ternyata adalah anaknya. Aku tertawa geli di dalam hati ketika ingat bagaimana dulu dia selalu mengejekku dan menjauhiku. Dia tetap melihatku yang sedang fokus bermain HP. Aku tidak heran kenapa memandangku dengan sangat lama karena waktu itu aku memakai bedak dan lipstik yang berbeda dari biasanya dan juga jilbab yang meniru gaya kekinian.
Penampilanku waktu itu murni bukan keinginanku, akan tetapi karena bibi dan juga ibu yang selalu bilang kalau aku harus berdandan setiap akan pergi ke kondangan walaupun sebenarnya aku selalu menggaruk wajahku yang sangat aneh ketika dipolesi dengan bedak yang berlebihan. Namun, berkat semua itu, ternyata orang yang dulu mengejekku mulai menyapa tanpa ku sapa duluan.🤣
No comments:
Post a Comment