Sunday, May 31, 2020

Menggapai Cakrawala Part 4

Day-2 Ujian UKM Mapalaska Semua peserta ujian sudah siap-siap buat segera berangkat ke lapangan sebelum panitia ujian memarahi mereka karna terlambat. Fatin berjalan sambil merapatkan jaketnya karena suasana di tempat ujiannya yang sangat dingin apalagi di pagi hari. "Buat seluruh peserta silahkan serahkan HP nya kalian kepada panitia dan kalian tidak boleh memEegang HP selama ujian berlangsung" teriak panitia keamanan ujian sambil melihat ke arah peserta. "Yah, berarti aku nggak bisa chat an sama dua sohib kampretku dong" gumam Fatin sambil berusaha buat terlihat biasa saja didepan panitia, karena Fatin tidak mau kena hukuman hanya karna ketahuan kalau dia sedang ngomel. "Buat ujian pertama, tantangan kalian adalah lari dengan jarak sejauh 2 Km. Setiap peserta akan tanding 2 orang. Jika kalian berhasil mengumpulkan poin kemenangan dalam setiap tantangan, maka kalian akan dinyatakan lolos menjadi anggota resmi UKM Mapalaska. Akan tetapi kalau kalian gagal, maka kalian akan di diskualisifikasi dari UKM Mapalaska. Paham?" "Paham kak" jawab seluruh peserta ujian "Untuk peserta pertama yang akan bertanding adalah Fatin dan Fatan" "Hah. Kok saya kak?" Protes Fatin secara spontan karena dia tidak mau melawan Fatan dalam tantangan ujian lari hari ini. Selain karena dia masih kesal sama Fatan, dia juga sangat lemah dalam hal berlari disebabkan penyakit lemah jantungnya. "Kamu maunya sama siapa? Sama keong?" Tanya panitia sambil memarahi Fatin. " Fatan silahkan maju dan buat kamu Fatin, cepetan maju juga Setelah berusaha mati-matian buat mengalahkan Fatan, Fatin tetap tertinggal jauh karena detak jantungnya sudah mulai tidak terkontrol. "Fatan, help me please!. Teriak Fatin sambil memegang dadanya dengan posisi badannya yang sudah mau ambruk. "Apaan sih tin? Kamu mau menjebak aku kan biar nanti pas aku saat jongkok buat bantuin kamu, kamu bakalan lari mendahului aku. Jebakanmu sudah basi tin. Ya udahlah, aku mau lari terus supaya aku bisa menjadi pemenangnya" "Nggak tan, sumpah. Aku beneran sakit jantung. Nafasku sesak banget. Tolong ambilkan obat asmaku Fatan!please" ucap Fatin dengan ekspresi muka yang meringis karna menahan sakit. "Berapa kali sih aku harus bilang sama kamu kalau aku nggak bakal tertipu sama jebakanmu ini" jawab Fatan sambil berlari menjauhi Fatin dan berusaha buat mencapai garis finish. Setelah 20 menit berlari, akhirnya Fatan lah yang berhasil memenangkan ujian pertama yaitu berlari sejauh 2 Km. "Kak, tadi kata warga ada peserta ujian yang pingsan di jalan" lapor salah satu peserta ujian sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena habis lari. "Berarti tadi Fatin beneran sakit jantung? Kok aku bisa suudzan sama dia?" Gumam Fatan sambil merutuki kebodohannya dan segera berlari menuju tempat dimana Fatin pingsan. Setelah semua peserta ujian selesai melewati tantangan berlari di hari pertama, mereka semua dipersilahkan untuk istirahat di kamar penginapannya masing-masing akan tetapi tidak dengan Fatan. Dia masih setia menunggui karena kondisinya yang belum sadar. "Bagaimanapun juga aku yang salah. Harusnya tadi aku nolongin Fatin bukannya malah terus berlari" ucap Fatan sambul menatap Fatin yang masih memejamkan matanya. "Mama, ayah" panggil Fatin sambil berusaha untuk membuka matanya. "Fatin ini aku Fatan. Kamu sudah sadar?" "Ngapain kamu disini? Kamu sudah puas karena kamh menang dalam ujian hari ini?"tanya Fatin dengan memalingkan mukanya dari wajah Fatan. "Maaf Fatin. Aku beneran nggak tau kalau kamu emang sakit jantung. Aku kira kamu hanya menjebak aku" "Aku tau Fatan kalau kamu nggak mau kan kalau sainganmu adalah aku? Tapi yang nggak aku habis pikir itu karna kamu adalah teman pertamaku dari rumah dan ayahku sudah menitipkan aku sama kamu. Tapi apa yang kamu lakukan hari ini? Kamu membiarkan aku pingsan di tengah jalan menuju garis finish ujian. Apa itu yang namanya teman?" Jawab Fatin sambil menangis. "Nggak tin. Aku beneran nggak ada niat buat ninggalin kamu. Maafin aku tin" "Sudahlah Fatan. Sekarang mending kamu segera kembali ke penginapanmu dan selamat karna besok adalah hari pelulusan ujian. Selamat karna kamu akan berhasil lolos buat menjadi anggota UKM ini dengan sifatmu yang nggak ada manusiawinya sama sekali" usir Fatin karna sudah muak melihat mukanya Fatan. "Ok tin. Aku tau kalau aku salah. Aku tau kalau aku terlalu berambisi sesuai aku lupa kalau menolong teman jauh lebih penting dari pada mencapai garis finish" Hari pertama ujian sudah selesai dan hari ini adalah hari kedua sekaligus hari terakhir ujian dimana peserta akan mengetahui hasil dari ujian, apakah mereka berhasil resmi menjadi anggota UKM Mapalaska atau sebaliknya. "Pengumuman pelulusan ujian peserta sudah di tempel di papan aula ujian. Silahkan cek nama kalian, apakah kalian termasuk orang yang berhasil lulus dalam ujian ini atau tidak" ucap kakak panitia yang mukanya sangat tampan ditambah dengan jasnya yang menambah kesan kerennya. Tidak perlu waktu lama buat Fatin untuk menemukan namanya diantara nama puluhan peserta yang TIDAK LULUS dalam ujian UKM Mapalaska. Fatin harus berlapang dada menerima kenyataan ini. "Sudah cek nama kalian semua?" "Sudah kak" "Selamat buat kalian karna kalian sudah berhasil melewati ujian ini baik yang lulus atau tidak. Jadi, di UKM Mapalaska setiap ada kader baru pasti akan ada ketua angkatannya dan ketua angkatan anggota UKM Mapalaska tahun ini adalah Fatan Fahreza" seketika tepuk tangan memenuhi aula ujian. Fatin hanya menunduk berusaha supaya air matanya tidak jatuh karna kesedihannya yang tidak berhasil lulus dalam ujian ukm pilihannya. "Mama, ayah, maafin Fatin karna sekarang Fatin belum berhasil membuat mama sama ayah bangga" ucap Fatin sambil menggigit kedua bibirnya. "Fatin tunggu!" Panggil Fatan saat Fatin akan memasuki bis untuk pulang ke kostnya. "Aku tau kalau kamu masih marah sama aku. Tapi percayalah sama aku tin kalau aku beneran ingin minta maaf sama kamu" ucap Fatan sambil menatap Fatin. "Ungkapan minta maafmu tidak akan membuat aku berhasil lolos dalam ujian ini tan, jadi semua itu percuma. Mending kamu urus anggotamu wahai bapak ketua angkatan terhormat" jawab Fatin dengan memberikan penekanan pada kalimat bapak ketua angkatan terhormat. Sepanjang perjalanan pulang Fatin hanya menutupi matanya dengan penutup mata yang ia biasa gunakan ketika mau tidur supaya teman-teman di bis nya tidak mengetahui keadaannya yang masih menangis karna tidak berhasil lolos dalam ujian. Bukan hanya Fatan yang sangat berambisi untuk meraih impiannya dan ingin menjadi yang terbaik, akan tetapi Fatin juga adalah orang yang sangat berambisi dengan alasan hanya untuk membanggakan kedua orang tuanya karna buat Fatin hidupnya hanyalah untuk membanggakan mereka sehingga Fatin tidak pernah berhenti menangis saat mengetahui kalau dirinya tidak berhasil lolos dalam ujian UKM Mapalaska.

Thursday, May 28, 2020

Menggapai Cakrawala Part 3

"Fatin, kamu kenal sama si Fatan? Dia kan bukan anak fakultas kita"tanya kedua sahabatnya dengan gaya mengintrogasi. "Iya, aku kenal soalnya dulu pas aku mau ke Bandung pertama kali, aku satu bis sama dia" "Widih keren dong tin. Kamu tau nggak kalau kabarnya tuh walaupun dia masih maba kayak kita, tapi IQ dia diatas rata-rata. Dia emang cocok di jurusan kimia murni" " kalian tuh kenapa sih? Kok kayak cewek? Fatan kan cowok dan kalian juga cowok, ya kalian bertiga sama lah nggak ada yang beda dan nggak ada yang lebih unggul" jawab Fatin dengan muka judesnya karna tidak terima kalau ada mahasiswa baru yang dijuluki dengan otak emas selain dia. " kamu tuh yang kenapa tin. Kok tiba-tiba sewot gitu? Cie cie jangan-jangan kamu cemburu karna Fatan juga pintar dan dengar-dengar nih ya, si Fatan juga ikut UKM Mapalaska loh tin" " ya nggak lah. Siapa juga yang cemburu, kalaupun dia ikut UKM Mapalaska ya itu hak dia sebagai mahasiswa di kampus ini. Ya udah yuk dari pada kita cuman ngomongin soal Fatan, mending kalian bantuin aku aja buat belajar tips supaya aku lolos di ujian UKM Mapalaska soalnya kan walaupun aku pencinta alam aku juga punya penyakit lemah jantung. Jadi aku nggak mau kalau cuman karna penyakit ini aku sampek nggak lolos di UKM Mapalaska" Akhirnya malam itu Fatin bersama kedua sahabatnya cuman belajar tips buat Fatin supaya dia lolos di UKM-nya. Setelah membereskan semua bukunya, Fatin mengajak kedua sahabatnya buat pulang. Bukan karena Fatin takut kosnya ditutup karna kosnya menerapkan sistem kos 24 jam, akan tetapi Fatin masih teguh buat memegang prinsipnya yang melarang dirinya sendiri untuk pulang diatas jam 12 malam karena Fatin adalah seorang perempuan dan akan tidak sopan jika masuk kos diatas jam 12 malam apalagi Fatin pernah tinggal di pondok pesantren waktu Aliyah. Suara lagu Play berputar dengan indah dari HP nya Fatin yang ia letakkan disamping kasurnya menandakan waktu alarm buat segera bangun. "Astaga! Kok bisa sih aku salah nyetel alarm. Hari ini kan aku ada kelas jam 07:30" dumel Fatin sambil membereskan tempat tidurnya dengan terburu-buru. Setelah semuanya siap, akhirnya Fatin lari menuju kampus. Ia tidak memperdulikan tatapan teman-teman kampusnya yang lain karna melihat dia yang sedang lari terbirit-birit sambil membawa buku yang tebal. "Permisi pak. Maaf pak saya terlambat" " iya. Silahkan masuk!" "Huu..baru semester pertama aja udah terlambat, apalagi semester berikutnya" ucap salah satu cowok yang tidak lain adalah teman kelasnya yang sampai saat ini Fatin belum tau namanya karna sifat dia yang menurut Fatin songong dan sok pintar. Tanpa merespon ocehan dari temannya itu Fatin langsung memperhatikan penjelasan dari dosennya dan tidak lupa untuk mencatat poin-poin penting dari penjelasan itu. Setelah kelas selesai akhirnya Fatin berjalan menuju reading cornee fakultasnya bersama temannya yang lain karena kebetulan kedua sahabatnya sedang ada tugas kelompok sehingga Fatin ngumpul bersama temannya yang lain. "Namanya cowok yang tadi ngata-ngatain aku di kelas itu siapa?" Tanya Fatin sama salah satu temannya yang memakai jilbab warna ungu, warna kesukaannya Fatin. " oh itu. Itu asli orang Bandung tin. Kalau nggak salah sih namanya Ikbal. Kayaknya dia pintar deh soalnya kemarin pas matkul Filsafat, dia adalah anggota kelas yang paling aktif dan pemikirannya tuh kritis" " oh gitu, ya tapi walaupun dia adalah anak yang paling pintar di kelas kita, at least dia bisa mengontrol ucapannya didepan umum karena itu bisa menyakiti hati orang lain. Tidak selamanya orang pintar bisa bertindak sesuai dengan kepintarannya" Fatin sudah melampiaskan semua kekesalannya sama teman kelasnya yang bernama Ikbal dengan cerita sama teman-temannya. Sambil menunggu matkul selanjutnya, Fatin memutuskan untuk me-review pelajaran yang sudah ia dapatkan hari ini dan tidak lupa dengan memutar lagu kesukaannya, sedangkan teman-temannya yang lain pergi untuk mencari makan ke kantin. " woy tin! Kita cari kemana-mana ternyata kamu ngumpet disini" ucap kedua sahabatnya sambil melepaskan kedua headset yang Fatin pakai dibalik jilbabnya. " ish kalian nih apa-apaan sih?. Lagi enak-enaknya nikmatin musik malah diganggu. Kalian pada dari mana?" "Kita habis ngerjain tugas kelompok buat besok tin. Kan kamu tau sendiri kalau dosen dari tugas ini tuh killer banget. Untung ada Ikbal yang otaknya lumayan cemerlang" "Hah? Kalian satu kelompok sama si Ikbal?" " iya. Emang kenapa tin?" "Dia itu judes nggak sama kalian?" " nggak kok. Malahan dia baik banget sama kita dan orangnya juga welcome banget, jadinya dia enak buat diajak ngobrol" Fatin hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan kedua sahabatnya. "Gaes! Mulai besok sampai dua hari kedepan aku udah mau berangkat ke tempat ujian UKM Mapalaska. Jadi kalian jangan kangen aku ya hahahah sama juga tolong doakan aku supaya aku lolos di ujian itu" " ita tin siap. Kita pasti bakal mendoakan yang terbaik buat kamu. Kamu jaga kesehatan sama jaga jadwal makan kamu. Jangan sampai maghmu kambu!" "Aku terharu sama kebaikan dan sayangnya kalian sama aku" ucap Fatin sambil menatap kedua sahabatnya dengan air mata yang ia tahan. Ia memang beruntung memiliki dua orang sahabat yang sudah seperti kakak kandungnya sendiri dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri saat bersama mereka, ia bisa menangis bahkan menjadi perempuan yang manja seperti anak kecil saat bersama mereka. Day-1 ujian UKM Mapalaska "Ok sekarang semua calon anggota UKM Mapalaska sudah berkumpul dan siap semua ya?" Tanya salah satu kakak panitia ujian UKM Mapalaska yang juga menjabat sebagai ketua di UKM Mapalaska. "Paham nggak sama pertanyaannya? Kalian gimana sih baru mau berangkat aja udah lembek" ucap kakak panitia yang masih sama sambil marah-marah dan memunculkan jiwa seramnya. "Paham" jawab semua calon anggota UKM Mapalaska. Setelah melewati pemeriksaan barang-barang yang mereka bawa, akhirnya mereka diizinkan untuk memasuki bisnya masing-masing. Fatin sangat sibuk dengan HP di tangannya karena membalas chat dari kedua sahabatnya yang dari tadi udah kayak emak-emak sampai ia tidak sadar kalau kursi disampingnya ditempati oleh Fatan. "Hai tin" sapa Fatan karna merasa dikacangin sama Fatin yang dari tadi cuman sibuk sama HP nya. "Eh kamu kok duduk disini? Kan masih banyak kursi kosong yang lain" "Emang kenapa kalau aku duduk disini? Kan aku juga calon anggota UKM ini, jadi bebas dong mau duduk dimana aja atau jangan-jangan kamu takut tersaingi sama aku di ujian nanti ya?" "Hah? Apa? Aku nggak salah dengar? Fatan, aku tau kalau kamu emang pintar, kuat bahkan kritis tapi aku juga tau kalau kamu sombong dan itu yang bikin aku nolak buat duduk sama kamu disini" ucap Fatin dengan jurus kalimat pedasnya sambil menggendong tasnya buat pindah ke kursi yang lain. Kamu nggak tau tin kalau aku bukan sombong, tapi aku cuman takut kalau aku gagal meraih impianku hanya karena tersaingi sama kamu gumam Fatan didalam hatinya sambil melihat keluar jendela. Setelah mereka sampai di tempat ujian jam 21:00, akhirnya panitia memutuskan buat mempersilahkan semua calon anggota buat masuk ke kamar penginapannya masing-masing sebelum mereka memulai ujiannya di hari berikutnya. " Farel Ical, teman kalian yang cewek itu kemana? Kok tumben nggak ikut kelas. Kan biasanya dia yang sok aktif di kelas buat mencari perhatian dari dosen hahah" tanya Ikbal dengan raut muka meledek. " kamu kok bilang gitu sih bal? Kalau teman kita kan berarti juga teman kamu. Dia hari ini nggak masuk karna lagi ikut ujian UKM Mapalaska. Dia kan calon aktivia bukan mahasiswa kupu-kupu" jawab Farel karena tidak terima kalau sahabatnya dibilang sok aktif sama Ikbal. " oh ternyata dia cewek aktivis. Ya semoga aja mimpinya nggai ketinggian deh" Farel dan Ical mengabaikan ucapan songong dari Ikbal dan keduanya lebih memilih buat ke kantin kampus untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Monday, May 25, 2020

Menggapai Cakrawala Part 2

PBAK atau yang lebih dikenal dengan sebutan OSPEK adalah kegiatan kampus pertama yang harus dijalani Fatin sebagai mahasiswa baru sebelum kuliah aktif. Sebenarnya PBAK bukan cuma untuk mahasiswa baru, akan tetapi mahasiswa lama pun yang belum mengikutinya pas semester 1 masih mempunyai kewajiban buat ikut PBAK. Fatin berhasil melewati PBAK dengan baik walaupun dia sering mendapatkan hukuman dari kakak-kakak panitia karena dia sering telat ikut apel pagi dan juga Fatin cuman berhasil mendapatkan dua teman baru karna sifat fatin yang sangat pemalu dan juga introvert. Farel dan Ichal adalah dua bersaudara yang sudah kayak cicak dan dinding. Dimana ada Farel disitulah ada Ichal. Fatin selalu merasa nyaman saat bersama mereka karena mereka mau menerima Fatin apa adanya dan juga sangat baik bahkan tidak jarang mereka menjemput Fatin ke kosnya dan nganterin Fatin makan malam saat akhir bulan tanpa Fatin minta. Maklum kedua sahabatnya pasti mengerti kalau Fatin adalah anak kos dan dia hanyalah anak dari PNS biasa yang gajinya tidak seberapa dan Fatin hanya mengandalkan beasiswanya buat biaya hidupnya selama kuliah. Ngomongin soal teman baru di awal kuliah, Fatin jadi teringat sama Fatan. Dia adalah teman pertamanya, sayangnya gedung fakultas mereka berjauhan sehingga mereka jarang bertemu. Sebenarnya Fatin ingin sekali menghubungi Fatan lewat WA, akan tetapi Fatin adalah tipe cewek yang tidak bisa chat duluan kepada siapapun kecuali ada sesuatu yang bersifat urgent. "Woy, bengong aja lu. Nanti kesambet baru tau rasa" teriak Farel dan Ichal sambil menepuk bahu Fatin. "Iya nih gaes, aku lagi bingung banget" " kenapa emangnya tin? Tumben" tanya Farel sambil duduk disebelahnya. "Jadi tuh aku pengin ikut UKM cuman aku masih bingung antara dua pilihan. Satu tuh aku pengin ikut ikut UKM Mapalaska soalnya kalian kan tau sendiri kalau aku suka alam dan panjat tebing, tapi aku juga pengin ikut UKM bahasa asing biar aku bisa practice ilmu yang aku dapat di kelas" Farel dan Ichal masih setia mendengarkan curhatan Fatin tanpa menyela sedikitpun. "What is ur opinion gaes? Aku ikut UKM yang mana?" Tanya Fatin setelah dia curhat panjang kali lebar. " kalau menurut kita sih, mending kamu ikut Mapalaska aja tin soalnya kan itu hobby kamu banget. Soal UKM bahasa asing itu mah gampang. Tinggal ikut next time aja tin atau kamu juga bisa ikut kursus" Setelah 20 menit saling berunding, akhirnya Fatin setuju dengan saran dari kedua sahabatnya itu. Keesokan harinya Fatin mendatangi stand pendaftaran UKM mapalaska dengan ditemani oleh kedua sahabatnya. "Permisi kak. Apa benar ini stand pendaftaran UKM mapalaska?" Tanya Fatin dengan niat hanya buat basa-basi karena sudah jelas ada baner didepannya yang bertuliskan nama mapalaska, jadi tidak mungkin Fatin salah stand. "Iya dek benar. Ada yang bisa kami bantu?" "Iya kak. Saya mau mendaftar sebagai calon anggota UKM mapalaska kak" "Oh iya sini dek duduk dan silahkan isi formulir ini dulu ya" jawab salah satu kakak penjaga stand yang terlihat lebih tampan dengan jas almamater ukm mapalaska yang dia pakai. Setelah memenuhi semua syarat pendaftaran, secara tidak sengaja Fatin melihat nama Fatan di baris teratas dalam buku yang ada didepannya. Jadi Fatan juga ikutan UKM ini pikir Fatin sambil kebingungan karena sebenarnya Fatin tidak begitu suka kalau dia punya teman yang sudah dia kenal dalam UKM nya karena Fatin adalah tipe orang yang selalu berambisi untuk menjadi yang terbaik dimanapun itu. Sedangkan Fatan adalah cowok yang juga tidak mau dikalahkan oleh siapapun apalagi oleh seorang perempuan. Langit di kampus sangat mendung, akhirnya Fatin memutuskan untuk segera pulang ke kosnya sebelum hujam turun karena kebetulan semua kelasnya hari inu sudah selesai. Sambil mengayuh sepeda ontel kesayangannya, Fatin tidak pernah lupa untuk berdzikir sepanjang perjalanan. "Fatin" panggil kedua sahabatnya saat mereka secara tidak sengaja ketemu di lampu merah pertigaan dekat kampus. "Hey kalian. Dah pada mau balik juga po? Tak kirain tuh kalian masih mau nongkrong di kantin kampus" "Nggak. Kita sudah disuruh buat cepat-cepat pulang karena nyokap lagi minta anterin ke mall" "Oh ya udah sana. Hati-hati ya!" "Iya siap. Btw tin, nanti malem ngopi yuk sambil garap tugas yang kita dapat hari ini" "Boleh tuh. Mumpung aku juga belum berangkat ke tempat Ospek UKM ku" Akhirnya setelah lampu merah berganti menjadi warna hijau, kedua sahabatnya mulai menancap gas mobilnya sedangkan Fatin kembali mengayuh sepeda ontelnya seperti semula. Fatin, kita sudah dibawah. Cepetan gih turun! Chat di grup sohib kampretnya berhasil membuatnya membulatkan mata dan merutuki kebodohannya karena dia lupa kalau malam ini dia punya janji sama kedua sahabatnya sedangkan posisinya baru bangun tidur sejak pulang dari kampusnyam Eh..iya gaes. Bentar ya. Duh sorry sorry aku baru bangun tidur. Aku cuci muka dulu ya. 15 menit lagi aku turun. Setelah membalas chat, Fatin segera mencuci mukanya dan 15 menit kemudian Fatin sudah berada didalam mobil mewah kedua sahabatnya menuju warung kopi yang sering mereka jadiin langganan buat mengerjakan tugas. "Fatin, kamu mau pesen apa? Sini biar aku yang pesenin" "Nggak deh gaes. Aku lagi nggak pengin apa-apa kok lagian aku juga dah kenyang" "Yaelah tin. Kamu tuh dah kayak bareng siapa. Udah tenang aja nggak usah mikirin soal duit. Kita kok yang traktir" Akhirnya Fatin menyerah dan memilih buat pesan jus Apel. Saat sedang asyik-asyiknya ngobrol bareng kedua sahabatnya, tiba-tiba Fatin melihat Fatan didepan kasir pemesanan dan berjalan menuju kursi yang tidak jauh dengan posisinya sekarang. Karena merasa ada yang memperhatikannya dari tadi, Fatan sadar kalau Fatin lah yang sedang menatapnya. "Hey Fatin, kamu ngopi juga. Wihh bisa punya teman baru juga ya" Fatin hanya kaget mendengar sapaan Fatan yang kedengarannya seperti orang sombong padahal saat di bis dulu Fatan sudah seperti malaikat buat Fatin. Karna tidak ingin keasyikannya bersama kedua sahabatnya terganggu hanya karna kehadiran Fatan, akhirnga Fatin berusaha buat mengabaikan tatapan Fatan yang sebenarnya Fatin sudah menyadarinya. "Kamu tidak tau tin kalau aku nggak pernah mau menjadi rival kamu. Tapi ini aku lakuin demi cita-citaku" gumam Fatan didalam hatinya sambil mengalihkan tatapannya ke laptop dan mulai mengerjakan artikelnya yang sudab ia mau kirim ke salah satu media cetak ternama di Bandung.

Saturday, May 23, 2020

Menggapai Cakrawala Part 1

Sejak dua hari yang lalu Fatin sudah mulai packing-packing buat berangkat ke Bandung. Ia masih belum percaya dengan kenyataan kalau dia berhasil keterima di salah satu kampus terkenal di Bandung. Dengan diantar kedua orang tuanya ke terminal, Fatin mulai menarik kopernya ke ruang tunggu pemberangkatan sambil menunggu temannya yang belum pernah ia temui karna kebetulan mereka hanya sama-sama lulus di Universitas yang sama. Akhirknya mereka putuskan buat berangkat barengann "Fatin, temanmu masih lama nggak nak? Ini bisnya udah mau berangkag loh" Tanya ibunya sambil mengambil koper Fatin buat dimasukin kedalam bagasi bis. "Nggak tau ma, tapi katanya sih sudah deket sini" jawab Fatin dengan raut mukanya yang sudah mulai gelisah. Setelah 5 menit menunggu, akhirnya Fatin melihat sosok laki-laki yang sedang berjalan menghampirinya sambil menarik koper dan menggendong tas kecil. "Fatin kan?" "Eh iya, kamu fatan?" Fatan membalas dengan anggukan sambil tersenyum dan tidak lupa juga salaman sama kedua orang tuanya Fatin. "Nak Fatan, Om nitip Fatin ke kamu ya soalnya ini adalah pengalaman pertama dia buat naik bis" "Iya om pasti. Saya akan jaga Fatin dan saya jamin kalau fatin bakalan sampai dengan aman ke Bandung" Bapak Fatin hanya bisa tersenyum mendengar keramahan Fatan sedangkan Fatin masih sibuk dengan obat anti mabuknya wkwkwk. Setelah semua barang sudah dimasukin kedalam bagasi, akhirnya Fatin pamitan sama kedua orang tuanya dan mulai masuk kedalam bis disusul dengan Fatan dibelakangnya. Fatin duduk di kursi penumpang dekat dengan jendela karena kebetulan dia tidak suka bau bis dan butuh udara luar. Sedangkan Fatan duduk disamping Fatin. "Kalau kamu mau tidur nggak apa-apa, biar aku yang jagain tasmu" "Beneran nih? Ya udah deh aku tidur duluan ya, nanti kita giliran buat jagain tasnya" Fatan hanya tersenyum mendengar jawaban Fatin. "Cewek pemberani" ucap Fatan dalam hatinya dengan tersenyum sambil menatap Fatin yang mulai terbang ke alam mimpinya ditemani dengan lagu dangdut yang memang menjadi ciri khas bis ekonomi. "Fatin bangun!. Kita sudah sampai di terminal buat transit, turun yuk!" Ajak fatan sambil berusaha membangunkan Fatin. "Eh iya. Sorry sorry. Aku nyenyak banget ya🥺huaa maafin aku, pasti kamu capek banget tapi aku malah enak-enakan tidur" "Nggak apa-apa kok lagian aku juga nggak ngantuk. Ya udah yuk turun, kita cari bis jurusan Bandung" Fatin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ajakan Fatan. Tidak lama setelah mereka mengambil barang-barangnya didalam bagasi, mereka memutuskan buat istirahat di ruang tunggu sambil menungu bis jurusan mereka. "Fatin, kamu lapar nggak?" " eum, enggak Fatan, aku kenyang kok" Tanpa Fatin sadari, Fatan menatapnya sambil tersenyum. Setelah menunggu 15 menit, akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan bis ekonomi. Tak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan karena mereka berdua memang baru ketemu beberapa jam yang lalu di terminal. "Bangun pak buk. terminal Bandung" Teriak pak supir sambil menghidupkan lampu bis setelah dimatikan selama perjalanan. "Huft..akhirnya kita sampai juga Fatan. Yeiy" Teriak Fatin sambil merenggangkan otot-ototnya yang sudah kram karna perjalanan yang cukup panjang. "Fatin, kamu sudah dapet kos kan? Mau sekalian aku anter nggak?" Ajak fatan sambil mengambil Hp nya dari tas kecil yang dia gendong. "Ni orang kok baik banget sih?" Gumam Fatin didalam hatinya " eh nggak usah Fatan . Aku bisa sendiri kok. Lagian kamu pasti juga dah capek banget. Nanti aku pesen ojek online juga kok" Setelah ojek online mereka sama-sama datang, akhirnya mereka berdua berpisah dengan harapan pertemuan di waktu yang akan datang.

Thursday, May 21, 2020

Impian seorang perempuan desa

Aku tau kalau aku masih belum pantas buat nulis soal perjalananku buat raih cita-cita, apalagi sampek cerita soal beberapa keberuntungan yang aku dapatkan selama menjadi orang yang menuntut ilmu, tapi apa salahnya jika aku ingin berbagi setidaknya lewat tulisan ini suatu saat aku bisa menjadikannya sebagai alasan buat semakin berani buat melangkah. Dulu tepatnya saat masih duduk di kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI), aku hanyalah perempuan desa yang kerjaannya cuman main layang-layang, umpetan bareng tetangga sekaligus temanku yang lain. Saat itu keluargaku masih lengkap dan kita hidup sangat bahagia tentunya dengan dukungan satu sama lain sampai akhirnya tanggal 27 ramadhan tepatnya habis shalawat taraweh tuhan memanggil ayahku untuk selamanya. apakah waktu itu aku sedih? Sebenarnya aku tidak cukup ingat perasaanku waktu itu, tapi intinya aku cuman menangis disamping makam ayahku sambil ingat wasiat terakhir ayahku "kamu harus mondok". Ya, ayahku adalah orang yang sangat antusias untuk menyekolahkan aku di pondok pesantren dan aku sangat bersyukur karna sejak itu aku mulai paham tentang arti berjuang dan impian untuk membahagiakan ibuku, satu-satunya orang tua yang aku punya di dunia ini. Setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya aku mulai resmi menjadi seorang santri. Tidak mudah rasanya buat betah di pondok sampai-sampai selama satu tahun aku selalu sakit dan terpaksa dibawa pulang. Tahun kedua barulah aku sadar kalau aku harus berusaha buat betah di pondok. Tahun ketiga aku juga mulai mempunyai impian untuk selalu menjadi yang terbaik. Tidak terasa saat itu perjuanganku baru membuahkan hasil. Ya, aku dinobatkan sebagai peraih ranking ketiga di kelas 9 C. Aku sangat bahagia karna momen itu merupakan momen pertama kali aku bisa membuat ibuku bangga atas prestasiku. Masa-masa MTS sudah aku lewati akhirnya aku kembali melanjutkan studi Aliyahku tetap di pondok pesantren yang sama. Jurusan bahasa adalah pilihanku karna kecintaanku terhadap salah satu bahasa asing internasional yaitu bahasa Inggris. Kelas 1,2,3 tuhan selalu memberiku kebahagiaan dengan memberikan aku hasil yang memuaskan. Ketika ada waktu luang aku selalu merenung sendirian dan mensyukuri semua pemberian tuhan karna aku sadar aku tidak akan bisa tinggal di pondok pesantren sampai 6 tahun karna melihat ekonomi keluargaku yang termasuk kategori menengah kebawah. Ya, ibuku adalah orang tua tunggal dan mata pencahariannya adalah sebagai seorang petani yang tentunya tidak berpenghasilan tetap. Sedangkan SPP pondok, uang buku paket , seragam, uang kiriman dll lumayan mahal , akan tetapi ibukku selalu percaya kalau tuhan akan selalu memberikan rezeki dan jalan buat mereka yang ingin menuntut ilmu. Alhamdulillah ibuk selalu bisa membayar spp, seragamku dengan tepat waktu. Saat melihat sepupu, teman-teman pondok yang kirimannya sangat mewah kadang aku juga iri, tapi lagi dan lagi aku sadar aku bukanlah mereka yang sudah dilahirkan dari keadaan keluarga berada, tapi aku adalah anak yang sedang berusaha untuk membuat keluargaku diangkat derajatnya. "Nak, hidup di pondok itu kita belajar irit,m dan tarekat biar ilmu yang kita dapat tetap melekat" nasihat ibuk yang selalu ibuk katakan sebelum dia pulang saat mengunjungi aku di pondok. Rasanya masih banyak deskripsi kehebatan ibukku yang belum aku tuliskan, tapi percayalah akan ada chapter tersendiri untuk menggambarkan sosok ibukku yang hebat. Ketika kelas akhir MA, disitulah aku merasa kebingungan karna mikirin soal kuliah. Aku emang bingung saat itu, tapi aku tidak pernah malu buat nge list semua kampus impian di dairyku. Saat itu tiba-tiba ada salah satu teman kelasku yang bercerita soal jalur snmptn (jalur non tes buat kuliah) dengan bermodal nilai raport. Saat itu aku mulai berani melangkah buat mencari informasi seputsr snmptn, menghubungi TU, bahkan aku suka antri warnet yang tentunya tidak sebentar untuk mendapatkan antrian. Melewati proses yang cukup sulit, akhirnya aku mendaftar di jalur snmptn dengan memilih salah satu kampus di kota istimewa yogyakarta dan surabaya. Dua kota itu sama sekali belum pernah aku kunjungin. Aku mulai minta restu ibukku dan tuhan pun juga merestuinya. Syukur alhamdulillah saat itu aku dinyatakan sebagai salah satu siswa di sekolah MA ku yang lolos dalam jalur snmptn. Aku mulai mengurusi berkas yang perlu lengkapin dan mengikuti verifikasi snmptn dengan didampingi ibuk, mbak, dan beberapa keluargaku yang lain ke Yogyakarta. Apa modalku saat itu? Modalku saat itu hanyalah doa, keberanian dan juga satu kenalan yang kebetulan pernah menjadi teman kamarku selama di pondok. Kita sampai jam 2 pagi didepan kampusku dan akhirnya kita dijemput sama temanku dan numpang shalat subuh di kosnya dia. Jam 8 aku mulai berangkat ke kampus tentunya didampingin sama temanku. Saat itu, posisiku sedang berdua bersama temanku yang juga sama-sama dari sekolah MA dan kita juga lolos di jalur yang sama, hanya saja takdir berkata lain. Ya, dia gagal lolos ke tahap verifikasi karna ada kesalahan data didalam raport yang dia input saat mendaftar. Akhirnya setelah verifikasi selesai, aku kembali pulang dan balik ke pondok buat menjalankan aktifitas seperti biasanya tentunya dengan perasaan deg deg an karna menunggu hasil verifikasi serta penggolongan ukt. Selama mengurus berkas yang aku butuhkan, ibuk selalu setia menemani aku baik itu ke kepala desa, warnet (karna posisiku waktu itu punya punya hp android), bahkan sampai ke jogja. Setelah melakukan penantian yang cukup panjang akhirnya aku berhasil lolos dan dinyatakan resmi sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas daerah istimewa yogyakarta sampai akhirnya hari itu tiba. Hari dimana keluargaku mengantarkan aku buat ke Jogja dan mereka pulang tanpa aku. Apakah aku nangis saat itu? Nggak usah ditanya lagi karna waktu itu aku selalu nangis bahkan tidak malu lagi buat mencium ibukku. Akhirnya aku benar-benar sendirian di kos setelah semua keluargaku pulang. Satu tahun pertama di jogja sudah banyak lika-liku jalan yang harus aku tempuh dan di tahun itu juga aku mulai bertemu dengan keluarga baru, teman baru bahkan lingkungan baru. Dan sejak itu, aku kembali bertekad untuk memulai perjuangan dengan tanjakan yang lebih menantang. Thank you my mom. Thank you teman-teman yang sudah meluangkan waktunya buat baca bacotanku ini. Semoga nanti aku bisa kembali menulis kisah perjuangan tentunya dengan hasil yang memuaskan. See u on top. Luv ya.

Wednesday, May 20, 2020

Menghentikan Penantian

Ada perasaan yang harus dilupakan walaupun tidak semudah membalik telapak tangan. Perasaan yang akhirnya harus dibuang tanpa harus memikirkan bahwa selama ini sudah melakukan penantian. Bukan lagi tentang siapa yang berjuang, tapi tentang siapa yang berani mengambil keputusan. Kita perlu jeda untuk melakukan penyembuhan terhadap keadaan kita karna tidak dapat dipungkiri kalau hati yang selama ini dijaga ternyata bukan ditakdirkan untuk kita, bahwa hati yang kita harapkan tidak lagi akan menjadi kenyataan. Kita terlalu memelihara gengsi sampai lupa bagaimana menjaga hati. Dulu, kita bukanlah siapa-siapa bahkan sampai sekarang pun aku bukanlah siapa-siapa dalam hidupmu. Penantian dan kesetiaan nyatanya memiliki batas kesabaran. Dan ya, ini adalah batas kesabaranku. Nyatanya cinta belum sepenuhnya menjadi penguasa karna aku masih memilih untuk putus asa. Perjuangan tidak akan pernah membuat kita menempuhnya sendirian karna akan selalu ada dua sisi yang berjalan secara beriringan. Dulu, kita selalu rutin saling mengirim chat satu sama lain sampai akhirnya kita kehabisan pembahasan dan disitulah kita mulai sadar bahwa semuanya sudah berubah. Dulu, mereka melakukan suatu fitnah tapi tidak ada pembelaan dari kamu. Aku kira akan semudah itu menjadi wanita idamanmu, tapi ternyata tidak dan nyatanya aku harus mundur. Aku harus melangkah kedepan bukan lagi kebelakang yang tidak pernah memberikan aku kepastian. Ini bukan tentang kemarahan tapi tentang kekecewaan.