Thursday, April 1, 2021

Tertawa yang Kalem

    
     Sejak kecil, aku memang sudah memiliki suara yang cempreng, tawa yang jauh dari standard kalem, dan sifat heboh yang bisa membuat gempa. Namun, dari semua itu, aku merasa lebih nyaman dan menjadi diri sendiri.
     Setelah lulus dari pesantren dan sudah tinggal di rantauan, teman-teman selalu memberi label ukhti setiap kenal aku. Aku tidak heran karena aku memang selalu memakai gamis ke kampus. Aku tidak pernah protes setiap mereka memanggilku ukhti, toh dalam bahasa Arab, ukhti memiliki arti saudara, so what's wrong? Tafsiran kalian aja yang suka aneh-aneh setiap mendengar kata ukhti.
     Selama satu tahun di dunia kampus, aku baru bisa menjadi diri sendiri dengan suara cempreng yang mulai menggelegar, sifat heboh yang suka membuat orang mengerutkan kening karena heran. 
    Suatu hari, aku sedang duduk bersama teman-temanku di taman fakultas. Setiap ada perbincangan yang menurut aku lucu, aku tidak sungkan-sungkan untuk tertawa dengan lepas. 
"Ternyata kamu juga bar-bar ya?"
      Setelah mendengar pertanyaan yang menurut aku justru pernyataan tersebut, aku spontan berhenti tertawa.
"Maksud aku, ternyata kamu bisa tertawa lepas dan heboh, padahal aku kira kamu kalem karena selalu memakai baju islami"
    Setelah mendengar penjelasannya tersebut, aku hanya tertawa. Sebenarnya, ketawaku waktu Itu bukan karna ucapan temanku lucu, tetapi aku hanya mengalihkan ekspresi mukaku supaya tidak terlihat kalau sedang berpikir keras. 
    Setelah sampai ke kos, aku masih berkutat dengan pikiranku sendiri.
"Memangnya aku salah pakai gamis? Tertawa lepas?"
"Memangnya aku harus menjadi manusia kalem yang selalu menunduk setiap jalan?"
     Beribu pertanyaan selalu menghantui otakku bahkan dalam waktu satu bulan aku selalu memakai baju yang beragam, mulai dari celana, gamis, sampai yang menurut orang-orang bisa dikatakan fashionable. Selama satu bulan itu juga, aku tersiksa.
     Bagaimana tidak merasa tersiksa ketika aku harus memaksa diri untuk berjalan dengan style kalem, irit bicara, dan style lain yang jauh dari diriku sendiri. 
"Don't be stupid"
    Tegur salah satu temanku ketika aku menjawab pertanyaannya tentang kenapa aku terlihat lebih kalem dari biasanya.
"Your life is yours. Selama Itu menurut kamu nyaman, tidak melanggar peraturan agama, tidak meresahkan orang lain, do it, wear it!"
    Sejak itu juga, aku sadar, I am totally realized that apapun yang aku pakai, bagaimanapun cara bicaraku, seberapa cempreng suaraku, seberapa heboh sifatku, I can do it as long as aku tidak meresahkan orang lain dan juga membuat mereka nyaman berteman dengan aku. 
     Semua orang mempunyai style pakaian, tingkah laku, cara ketawa, bahkan warna suaranya masing-masing, dan tugas kita adalah Menghargai selama benar, menegur jika salah.

No comments:

Post a Comment