Saturday, December 4, 2021

Berani Merantau, Berani Mendapat Resiko

    Biaya Hidup versi anak rantauan
Sebelum merantau, sering sekali mendengar orang-orang memberikan peringatan untuk tidak mengambil risiko dengan merantau disebabkan biaya hidup yang katanya mahal luar biasa. Fyi, menulis tulisan ini bukan berarti aku sudah mandiri, tetapi aku hanya ingin meluruskan sesuatu yang sering ditakuti oleh semua orang, yaitu biaya hidup. 
    Gini loh mas, mbak, wkwkwk ketika merantau, yang mahal itu bukan biaya kuliah atau makan, tetapi justru gaya hidup. Kalau kita mengikuti trend kekinian, ya jangan berharap uang 100k bisa cukup seminggu wkwkw. Ok, biar jelas aku coba rinci satu persatu. 
    Biaya kuliah di PTN biasanya yang sudah kelas sultan 8 juta, tetapi jangan khawatir karena banyak beasiswa yang ditawarkan tinggal bagaimana kita ikhtiar untuk mendapat beasiswa tersebut. Bagaimana sih caranya mendapat beasiswa? Gampang, kuncinya adalah belajar konsisten, ikuti lomba soal menang kalah urusan terakhir dan perbanyak pengalaman organisasi. Kalau dapat beasiswa, uang kuliah sudah aman loh wkwkw bahkan bisa-bisa dapat tambahan bonus misal uang saku. 
    Next, biaya makan. Jujur, ketika awal sampai Jogja, aku juga sempat mengalami yang namanya culture shock. Biaya makan di Jogja memang sedikit lebih mahal dari pada di kampung yang 3k/5k aku sudah bisa makan dengan lauk yang banyak. Namun, sampai di Jogja, justru 5k cuma bisa untuk nasi, tetapi itu waktu aku Maba. Oh iya, Jogja juga diwarnai oleh angkringan yang nasi kucingnya (karena porsinya seperti porsi kucing wkwkw) yang harganya kurang lebih 2.500, tetapi kalau porsi makanmu porsi kuli ya beda cerita wkwk. Singkat cerita, kalau kamu pintar dalam mencari warung yang murah, 5k sudah bisa dapat nasi + lauk kok, ya tapi ingat lauknya tidak seperti di rumah ya mas mbak wkwk, toh namanya merantau, ya belajar sederhana. Kalau ingin makan ayam yaaaa sulit karena minimal harus nyiapin duit kurang lebih 12k (nasi+minum). Ok cukup segitu ya soal makanan wkwkw. 
    Sekarang kita pindah ke biaya tempat tinggal alias kos. Kunci cari kos yang murah adalah kos yang tidak terlalu dekat dengan kampus karena semakin dekat dengan kampus, maka semakin mahal juga biaya kos. Loh kalau jauh gimana yul? Kalau tidak punya motor gimana? Don't worry! Di rumah sering jalan kaki kan? Masak jalan kaki 500m/1km aja nggak kuat wkwk. Biaya kos juga beda-beda tergantung fasilitas. Beruntungnya aku adalah penganut prinsip "asal bisa tidur, ada kamar mandi yang bersih, dan dekat dengan warung makan" sehingga jalan kaki ke kampus dan tidak ada fasilitas seperti AC, dan tempat olahraga sudah biasa. Kalau kata emmak, "hidup merantau itu ya belajar sederhana bukan mewah". Ya beda ceritanya kalau kamu pengin dapat kos yang ber AC, ada kasur, ada lemari, dan dekat dengan kampus, maka siapkanlah uang yang tidak sedikit wkwkw.
    Wah, sepertinya celotehan kali ini harus ku akhiri mengingat bis yang ku tumpangi untuk berangkat ngajar sudah hampir tiba wkwkw, ya aku menulis caption ini sambil duduk di bis menikmati kota Jogja dengan orang-orang yang mulai sibuk karena pada kenyataan nya hari ini sudah hari kerja kembali. Semangat

No comments:

Post a Comment