Thursday, July 29, 2021

One Day Later

     Tulisan kali ini bukan tentang sebuah isu sosial yang menarik untuk dibahas, akan tetapi tentang isi pikiran yang sudah menumpuk dan ingin ku keluarkan. Di umur yang baru menginjak 21 tahun, aku mulai belajar bagaimana mengontrol yang namanya emosi, bagaimana belajar tentang sebuah penerimaan. Namun, hal yang paling sulit aku pelajari dan tetap ku usahakan adalah bahwa kita tidak akan selamanya bersama orang yang kita sayang entah karena keadaan ataupun kematian. 
    Beberapa hari terakhir, setiap hari aku mendengar kabar duka baik dari keluarga ataupun teman, mulai dari orang terdekat sampai yang paling jauh. Diakui atau tidak, kabar tersebut membuat aku takut. Namun, lagi dan lagi, dunia hanyalah tempat untuk mondok, mencari amal untuk bekal dan juga untuk menyiapkan diri menuju alam yang sesungguhnya.
 Selain belajar untuk menerima yang namanya perpisahan akan kematian, aku juga ingin belajar tentang bagaimana menerima yang namanya perubahan yang disebabkan oleh banyak hal, mulai dari keadaan ataupun usia. 
     Jika waktu kecil aku selalu percaya bahwa seorang teman atau sahabat akan selalu menggandeng tanganku kemanapun mereka akan pergi, di umur kali ini aku belajar bahwahal tersebut adalah sebuah kemungkinan yang bisa terjadi dengan diikuti oleh kata sifat “sulit”. Terkadang, keadaan menuntut kita untuk berjalan sendiri, menjauhi haha hihi, dan menfokuskan diri demi sebuah mimpi. Walaupun begitu, untuk alasan apapun, memutus tali silaturrahim merupakan sesuatu yang sangat tidak boleh dilakukan. Jarang melakukan sebuah komunikasi, interaksi secara langsung, dan juga curhat panjang kali lebar bukanlah sebuah ukuran akan renggangnya sebuah hubungan. Namun, hal tersebut hanyalah waktu untuk proses mendewasakan diri. 
     One day later, pasti ada waktu dimana kita akan duduk bersama orang yang kita sayang baik keluarga, teman, ataupun sahabat dan bercerita tentang hari-hari yang sudah kita lalui baik dengan taw ataupun air mata.

No comments:

Post a Comment