Corona masih setia tinggal di bumi. Namun, semua kegiatan tidak berhenti dan orang-orang selalu mencari cara bagaimana mereka tetap beraktifitas walaupun dari rumahnya masing-masing. Salah satu hal yang mungkin membuat teman-temanku sedikit merasa kesal dengan situasi saat ini adalah karena mereka, terutama anak organisasi , tidak bisa merealisasikan program kerjanya dengan baik.
Mereka harus memutar otak dan mencari seribu cara supaya program kerja mereka tetap jalan dan dilakukan secara daring. Bayangkan kalau kalian harus rapat, nyiapin acara sampai melakukan lpj secara daring. Mungkin hal Itu bisa terhandle, tapi KesalahPahaman, kemumetan dan perasaan stress yang lain selalu menjadi bunga-bunga di dalam hidup mereka.
Sebagai anggota organisasi yang sleber (antara semangat dan tidak semangat), aku cukup kaget ketika sadar kalau sebentar lagi semua organisasi akan mengadakan yang namanya pemilwa. Artinya, aku sudah akan lengser dari jabatan pengurus sebentar lagi. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaanku di saat aku sedang tiduran dan menikmati hujan Jogja yang sukanya bertamu di sore hari.
Pertanyaan Itu adalah "apa saja perbedaan yang akan ditemukan pada pemilwa kali ini?"
Selama 2 tahun menjadi seorang mahasiswi, banyak cerita teman-teman baik dari mereka yang pro ataupun kontra terhadap pemilwa. Buat mereka yang lebih memilih "manut" terhadap hasil pemilwa mayoritas beranggapan bahwa pemilwa hanya membuat orang-orang melakukan demo (padahal Itu kampanye🙄) di hari H pemilwa.
Lantas, bagaimana dengan pemilwa di tengah pandemi ini yang pastinya hal seperti Itu tidak Akan ditemukan di depan atau taman fakultas?
Masihkah perdebatan tentang pemilwa tetap terjadi?
Ok, mari kita lihat saja dan saya siap menjadi pendengar sejati🙂
No comments:
Post a Comment